Sriwijayamedia.com – Sebagai evaluasi kepemerintahan Joko Widodo (Jokowi) sepanjang 2022, Ketua Umum (Ketum) Santri Muda Nusantara (Samudra) Sukarya Putra menilai Jokowi layak disebut sebagai Bapak Infrastruktur.
Hal ini dikarenakan selama periode kedua ia telah membangun infrastruktur diberbagai daerah hingga ketingkat kabupaten.
Pembangunan infrastruktur tersebut tentunya berdampak pada pemerataan pembangunan didaerah-daerah. Demi melihat upaya yang telah dilakukan Jokwoi, Surya berharap proses pemerataan pembangunan dapat terus dilaksanakan, bahkan dilanjutkan oleh pemerintahan berikutnya seteah 2024.
“Evaluasi periode kedua sekaligus sebagai catatan akhir tahun 2022, yang pertama terkait dengan pemerintahan Jokowi ini adalah bagaimana kepemimpinannya dalam tiga tahun terakhir sudah memberikan kontribusi yang luar basa bagi bangsa. Kedua, untuk pemerataan diberbagai provinsi dan daerah terjadi secara merata, makanya secara langsung maupun tidak langsung Pak Jokowi bisa dikatakan sebagai bapak infrastruktur,” ujar Ketum Samudra Sukarya Putra, usai mengikuti diskusi akhir tahun dengan tema “Quo Vadis Jokowi untuk kepemimpinan 2024” di Gedung Intro, Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (31/12/2022).
Menuju 2024, Surya menegaskan sikapnya saat melihat kandidat-kandidat yang sudah bermunculan.
Dia menilai sejauh ini nama-nama kandidat dan perkembangan politik yang berjalan masih baik-baik saja. Hanya saja perihal siapa yang akan terpilih nanti, tentu yang menjadi penentu adalah rakyat. Sehingga sosok yang qualified adalah yang terbaik dan yang akan terpilih.
“Karena persepsi masyarakat berbeda-beda. Dari kami, Samudra selama calon kandidat itu memberikan ide gagasan yang maju untuk masyarakat dan bangsa, mengapa tidak?. Selama tidak ada polarisasi pembelahan maka Samudara akan mengawal itu (pilpres),” terang Surya.
Sebagai pimpinan ormas kepemudaan yang keanggotaannya mayoritas berbasis para alumni pesantren diseluruh Indonesia, Surya menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki kapasitas untuk mengarahkan para anggotanya kecapres tertentu.
Sebab pada prinsipnya Samudra lebih ingin menjaga dan menjadi ormas tengah yang menengah yang mampu menjembatani berbagai pihak atau golongan yang ada. Samudra juga ingin membangun kebersamaan dalam keberagaman untuk kemajuan bangsa.
“Secara keanggotaan basis Samudra adalah pesantren. Tapi kami tidak ingin mendikotomi apakah santri atau non santri. Kami berhimpun dalam satu wadah ini untuk berkumpul antara santri dan pemuda secara keseluruhan. Hanya saja keanggotaan Samudra memang kebanyakan alumni pesantren diseluruh Indonesia. Tanpa terpolarisasi oleh salahsatu ormas keagamaan, apakah itu nahdliyin atau muhamdyah,” jelas Surya kepada sriwijayamedia.com.
Dipenghujung tahun 2022 ia juga berharap bisa membina dan menyatukan berbagai pihak tanpa ada kegaduhan, sehingga ormas-ormas yang ada bisa hidup berdampingan dan hidup dalam kebersamaan untuk menjaga kesatuan NKRI. (santi)