KUD di OKI Dapat Kucuran Pinjaman Perbankan

Usai menerima kucuran pinjaman, KUD berfoto bersama, di Balai Desa Bumi Harapan, Kecamatan Teluk Gelam, OKI, Sumsel, Senin (31/7/2023)/sriwijayamedia.com-ton

Sriwijayamedia.com- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) RI melangsungkan kegiatan peningkatan dukungan pembiayaan perbankan kepada Petani Kelapa Sawit (PKS), di Balai Desa Bumi Harapan, Kecamatan Teluk Gelam Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, Senin (31/7/2023).

Turut hadir didalam acara tersebut antara lain Bupati OKI H Iskandar, SE., Kepala Kantor Regional VII OJK Sumsel Untung Nugroho, Kasi Pembiayaan dan Pemasaran Hasil Pertanian Dinas Pertanian, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura (DPTPH) Sumsel Sumsel Erma Suryani, Kepala Bidang PSP Disbun Sumsel Heryalan Kagami, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) provinsi Sumsel Ir H Amiruddin, M.Si., dan undangan lainnya.

Asisten II bidang E.Keu dan Pembangunan Setda Sumsel Ir Darma Budhy, ST., MT., menyampaikan bahwa kelapa sawit adalah komoditas strategis Indonesia dan merupakan andalan neraca perdagangan nasional dengan kontribusi capai 13,50 persen terhadap ekspor non migas serta menyumbang 3,50 persen total PDB Indonesia.

Minyak kelapa sawit Indonesia mendominasi kebutuhan minyak nabati global dan belum tergantikan hingga saat ini.

“Perkebunan rakyat yang dikelola oleh petani swadaya/petani kecil memiliki kontribusi relatif besar (41 persen luas area perkebunan kelapa sawit dan menyumbang 34 persen dari total produksi kelapa sawit di Indonesia),” ujarnya.

Dalam praktiknya, petani kelapa sawit lokal dinilai cukup sulit dalam mengelola proses perkebunan dan penjaminan kualitas produk, sehingga produktivitasnya perlu ditingkatkan.

Hal ini sering terjadi pada petani swadaya yang sudah sejak lama mengelola tanaman dengan sedikit atau bahkan tanpa pelatihan atau pengawasan sama sekali.

Sebagian besar dari mereka terbiasa dengan metode pertanian lama yang menggunakan bahan kimia berlebih, pupuk kimia, dan metode “tebang dan bakar” untuk membuka lahan.

“Dibanding investasi dalam penanaman kembali dan meminimalkan dampak lingkungan. Hal ini menyebabkan hasil panen yang lebih rendah, kerja kasar yang sulit, dan kualitas tanah yang memburuk mewarnai pandangan tentang minyak sawit,” ungkapnya.

Dia melanjutkan, aktivitas industri pengolahan sawit di lain sisi memiliki multiplayer effect dan menciptakan kawasan industri baru berbasis sawit pada kawasan Dumai (Riau), Sei Mangkei dan Kuala Tanjung (Sumatra Utara), Tarjun (Kalimantan Timur), Bitung (Sulawesi Utara), dan Musi Banyuasin dan Ogan Komering Ilir (Sumsel), serta menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Industri pengolahan sawit juga menggerakkan aktivitas produktif kegiatan usaha kebun di sektor industri sawit, khususnya daerah 3T (terluar, tertinggal, dan terdalam).

“Mempertimbangkan besarnya kontribusi perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh petani swadaya/petani kecil (pekebun rakyat), pemerintah senantiasa mendorong pertumbuhan produksi kelapa sawit dimaksud baik dari sisi kualitas maupun kuantitas, antara lain melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS),” katanya.

Sementara itu, Bupati OKI H Iskandar, menambahkan dana replanting yang sudah terserap sebesar 21 ribu hektar untuk tanaman plasma.

“Kami mempunyai sawit lebih kurang 230 ribu hektar, terdiri dari 165 ribuan itu dari perusahaan inti, dan 63 ribu hektar daripada plasma. Berarti potensi kedepan yang hanya kami bisa rasakan 10 persen. Mudah-mudahan yang 230 ribu hektar itu nanti petani-petani rakyat yang tidak tergabung didalam plasma dapat merasakan daripada dana BPDPKS dengan dukungan pembiayaan perbankan,” ucapnya.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumsel Ir Amiruddin, M.Si., mengucapkan terima kasih kepada para perbankan yang ada di Sumsel, karena sudah begitu perhatian terhadap para petani yang ada di Sumsel, terutama di Kabupaten OKI.

“Setiap petani ini mendapatkan biaya sebesar Rp25 juta untuk 1 kaplingnya, dimana dalam satu kapling itu ada 2 hektar perkebunan,” terangnya.

Menurut dia, uang tersebut baru akan dikembalikan secara dicicil setelah 2 tahun, dan dikenakan bunga 6 persen.

Uang tersebut disalurkan oleh Bank Mandiri, BRI, dan Bank Sumsel Babel, dan ini sifatnya pinjaman, sehingga harus dikembalikan.

Setali tiga uang, Kepala Bidang PSP Disbun Sumsel Herlan Kagami melanjutkan penyaluran pembiayaan diberikan ke seluruh Koperasi Unit Daerah (KUD) yang ada di OKI.

“Kami berharap KUD dapat memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit,” jelasnya.(ton)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *