Musi Rawas, Sriwijaya Media -Pengamat Politik Sumsel Dr Ardian Saptawan menilai politik uang cenderung menjadi primadona pada Pilkada tahun 2020 ini. Untuk itu, diharap warga dapat mewaspadainya.
“Masyarakat Indonesia pada umumnya, termasuk di Sumsel dalam memutuskan aspirasi politiknya masih bersifat tradisional yaitu untuk apa dan dapat apa,” ucap Ardian.
Dosen Fakultas Unsri ini menegaskan pilihan strategi politik uang akan dilakukan, apalagi mengingat situasi pandemi saat ini menyebabkan waktu pertemuan antara kandidat dengan calon pemilih sangat terbatas.
“Sehingga daya ketertarikan calon pemilih menjadi longgar, disamping keadaan ekonomi yang semakin berat sehingga uang bisa menjadi perekat instan,” ucap Ardian.
Mantan Komisioner KPU Sumsel Dr Ardian menyampaikan bahwa alasan para kandidat berpikir instan yakni ingin cepat mendapat kepastian tentang pilihan calon pemilih.
Jika petahana mencalonkan diri kembali, maka sang penantang harus menggandakan daya tariknya karena petahana lebih populer dari sang penantang .
Untuk itu, uang menjadi cara termudah yang mampu menggandakan daya tarik penantang ke pemilih.
“Apalagi Bawaslu atau Panwaslu terbukti selama ini belum mampu mengusut tuntas pelanggaran politik uang,” terang Dr Ardian Saptawan.
Sebelumnya, jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bupati dan Wakil Bupati (Wabup) Kabupaten Musi Rawas (Mura) secara serentak pada 9 Desember 2020 ini, Lembaga Kajian Publik Independen (LKPI) merilis kekuatan para kandidat Pasangan Calon (Paslon) berdasar hasil survei dari sebelum tahapan hingga jelang pemungutan suara.
Direktur Eksekutif LKPI Arianto, ST., M.Si., menerangkan dalam rilis pertama pada 20 November 2019 ketika dinamika pilkada belum ramai, dimana hasil survei yang digelar pada 5 – 15 November 2019 dengan 820 responden dengan margin error +/- 3,5 persen.
Dalam rilis perdana ini, kata Arianto, calon Bupati petahana H Hendra Gunawan (H2G) memiliki elektabilitas diagregat 66,7 persen dan Ratna Mahmud diagregat 13,1 persen dalam uji simulasi head to head dengan pertanyaan tertutup.
Kemudian hasil survei LKPI yang dirilis 25 Juli 2020 saat dinamika pilkada mulai bergeliat, hingga sejumlah nama baru muncul sebagai bakal calon seperti Hj Suwarti, Firdaus Cik Olah, Akmaludin dan lainnya.
Survei itu digelar pada 10 – 19 Juli 2020 ini dengan sample 420 responden serta margin of error +/- 5 persen.Kendati demikian, temuan LKPI menyatakan bahwa elektabilitas H2G jauh masih unggul diangka 61 persen.
Sedangkan calon lain seperti Firdaus Cik Olah (10%), Suwarti (6,4%), Ratna Mahmud (2,4%) dan lainnya.
“Saat rilis kedua LKPI ini belum ada bakal calon yang mengerucut sebagai rival petahana H2G,” ujar Arianto.
Selanjutnya, masih kata Arianto, rilis survei ke 3 LKPI pada 15 November 2020 menggambarkan kejelasan head to head sebagai paslon dan sudah menjalani masa kampanye serta menyisakan waktu efektif 1 bulan jelang pencoblosan.
Survei ini sendiri dilakukan pada 2-8 November 2020 dengan sample 420 responden, dan margin error +/- 5 persen.
“Di survei ke-3 LKPI ini, paslon no 2 H2G-Mulya masih unggul signifikan diangka 60,7 persen dari rivalnya paslon no 1 Ratna Mahmud-Suwarti diangka 29,8 persen dengan massa mengambang atau swing voter 9,5 persen,” terang Arianto.
Arianto mengaku hanya menyisakan selama 30 hari, paslon Ramah Berarti sangat sulit untuk mengejar ketertinggalan 30 persen lebih, kecuali jika terjadi politik uang secara masif.
Dari catatan tersebut, menunjukan bahwa elektabilitas petahana H2G-Mulya konsisten diatas 60 persen, baik saat sebelum pilkada, jelang pendaftaran paslon ataupun jelang pemungutan suara.(Zul)