Kayuagung, Sriwijaya Media -Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ogan Komering Ilir (OKI) tetap konsen dalam melestarikan Tradisi Midang (karnaval pakaian adat perkawinan) di Kota Kayuagung. Kegiatan yang merupakan warisan adat budaya Kota Kayuagung ini dilaksanakan di Pendopoan rumah dinas Bupati OKI, Jum’at (7/6).
Sebanyak 11 kelurahan dalam Kota Kayuagung menyemarakkan midang bebuke morge siwe. Midang bebuke morge siwe merupakan tradisi masyarakat morge siwe Kayuagung Kabupaten OKI Sumsel yang tiap tahun dilaksanakan secara rutin dalam rangkaian perayaan Hari Raya Idul Fitri, terutama pada hari ke 3-4 Idul Fitri.
Midang dalam istilah masyarakat Kayuagung adalah sebuah kegiatan berjalan kaki dengan menggunakan pakaian adat perkawinan masyarakat Kayuagung. Sedangkan bebuke artinya lebaran. Awalnya midang ini ada pada abad 16 yang merupakan persyaratan untuk jemput mempelai perempuan oleh mempelai laki-laki. Atau masuk dalam adat istiadat perkawinan dan seiring berjalannya waktu midang ini terus mengalami perkembangan dan di tahun 1954 telah dilaksanakan midang bebuke morge siwe.
Para peserta ini melakukan arak-arakan pakaian adat perkawinan “Mabang Handak” (adat perkawinan Kayuagung). Setidaknya ada 14 macam pakaian adat perkawinan, yang ditutup dengan pemusik tanjidor.
Ribuan peserta midang yang berasal dari 11 kelurahan dalam Kecamatan Kota Kayuagung selama dua hari memadati jalan-jalan protokol dan menyeberangi Sungai Komering melalui jembatan yang menghubungkan Kelurahan Kotaraya dengan Kelurahan Mangun Jaya, dan finish di pendopo rumah dinas Bupati OKI.
Midang Morge siwe sendiri awalnya merupakan satu dari rangkaian adat perkawinan Mabang Handak (Burung Putih) masyarakat Kayuagung pada masa itu yang merupakan perkawinan dalam adat yang tertinggi di Morge Siwe (Sembilan Marga).
Dimana, jika ada pasangan muda-mudi yang melangsungkan pernikahan maka salah satunya adalah dengan digelarnya midang yang pesertanya muda mudi berasal dari masyarakat sekitar dengan tujuan untuk memperkenalkan pada khalayak ramai. Bahkan tak jarang saat kegiatan midang sedang berlangsung ada orang tua yang berminat untuk menjodohkan anaknya dengan salah seorang peserta
Kegiatan midang dihari pertama diikuti Kelurahan Sidakersa, Jua-Jua, Tanjung Rancing, Kayuagung Asli dan Kelurahan Kota Raya. Sedangkan pada esok harinya, Sabtu (9/6), diikuti Kelurahan Kedaton, Cinta Raja, Mangunjaya, Paku, Sukadana dan Kelurahan Perigi.
Bupati OKI, H Iskandar SE, melalui Sekda OKI, H Husin S.Pd., MM., mengatakan, Pemkab OKI terus dan sangat konsen mendukung tradisi midang sebagai warisan tradisi budaya leluhur yang sangat mahal nilai karakteristiknya.
“Tradisi ini merupakan aset budaya yang sangat diperhatikan, disamping tradisi lainnya di Kabupaten OKI. Kondisi Midang sampai saat ini masih sangat lestari dan terjaga, bahkan berkembang menjadi wisata budaya,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) OKI, Ir Ifna Nurlela menambahkan bahwa saat ini Midang masih menjadi salah satu adat budaya yang bertahan dan dilestarikan di Kabupaten OKI.
“Adat arak-arakan ini sudah sejak lama dilakukan. Para pelakunya adalah para muda-mudi dalam kelurahan. Dahulu Midang dilakukan oleh muda-mudi yang kelurahannya ada hajatan pernikahan, kemudian untuk melestarikannya dikembangkan menjadi agenda tahunan pariwisata, tepatnya di tiap lebaran,” katanya.(abu)