Sriwijayamedia.com- Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) Regional Divisi Sumsel dan Babel pada tahun 2025 ini menargetkan mampu menyerap beras Public Services Obligation (PSO) capai 100 ribu ton, naik dari 30 ribu ton pada tahun 2024.
Hal itu diungkapkan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Perum Bulog Regional Divisi Sumsel dan Babel Elis Nurhayati, SE., Ak., M.Ak., saat gelar Coffee Morning di Kantor Bulog setempat, belum lama ini.
“Target pada 2024 sebanyak 30 ribu ton, dan realisasinya 31.440 ton atau 104 persen. Sementara untuk beras komersial dari target 10.500 ton, terealisasi 6.866 ton atau hanya 65 persen. Sedangkan gabah komersial target 2.864 ton dan realisasinya 41.720 ton,” terang Kakanwil Perum Bulog Regional Divisi Sumsel dan Babel Elis Nurhayati.
Dia juga menyebut total beras dan gabah target pada 2024 sebanyak 43.184 ton dan realisasinya 80.026 ton atau 185 persen.
Sementara untuk target komersial masih menunggu arahan pusat.
“Target tersebut bukan berarti kalau sudah tercapai tidak diserap lagi, kita tetap menyerap selama masih ada. Bulog akan menyerap seluruh gabah hasil panen petani, dengan harga yang sudah ditetapkan pemerintah. Untuk anggarannya disediakan dari pusat. Tugas kami hanya melakukan penyerapan,” paparnya.
Dia mengimbau kepada petani jangan terburu-buru panen. Kalau belum waktunya panen agar tidak dipaksakan.
Diketahui, Bulog akan membeli gabah petani dengan Harga Pokok Pembelian (HPP) baru, Rp 6.500 per kilogram (kg).
Tapi sesuai standar kualitas yg ditentukan, yakni kadar air 25 persen dan kadar hampa 10 persen.
“Jika di bawah standar itu, tentunya harganya akan dibawah HPP. Harga pembelian pemerintah gabah dan beras, Gabah kering panen (GKP) di petani seharga Rp 6.500 per kg dengan kadar air 25 persen dan kadar hampa 10 persen. Lalu GKP di penggilingan seharga Rp 6.700 per kg dengan kadar air 25 persen dan kadar hampa 10 persen, kemudian gabah kering giling (GKG) di penggilingan Rp 8.000 per kg dengan kadar air maksimal 14 persen dan kadar hampa 3 persen,” urainya.
Menurut dia, GKG di Bulog Rp 8.200 per kg dengan kadar air maksimal 14 persen dan kadar hampa 3 persen. Lalu, rafaksi harga GKP di petani dengan kadar air maksimal 25 persen, dan kadar hampa 10 persen diharga Rp 6.500 per kg.
Kemudian GKP diluar kualitas 1 di petani dengan kadar air maksimal 25 persen dan kadar hampa 11-15 persen diharga Rp 6.200 per Kg. GKP diluar kualitas 2 di petani kadar air maksimal 26 sampai 30 persen, dan kadar hampa 10 persen dengan harga Rp 6.075 per kg.
“GKP diluar kualitas 3 di petani kadar air maksimal 26-30 persen, dan kadar hampa 11-15 persen dengan harga Rp 5.750 per kg. GKP di penggilingan dengan kadar air maksimal 25 persen, dan kadar hampa 10 persen dengan harga Rp 6.700 per kg,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Sumsel Dr Ir H R Bambang Pramono, M.Si., menambahkan kadar air adalah tanggungjawab semua pihak untuk mengingatkan para petani.
Dengan kondisi saat ini yang masih musim hujan, pihaknya sudah keliling ke penggilingan dan kadar airnya masih diatas 30 persen.
“Untuk itu, kita berharap dari para petani menginformasikan di daerah mana yang belum ada dryer, sehingga pemerintah bisa intervensi untuk mengatasi masalah tersebut,” imbuhnya.(ton)