Palembang, Sriwijaya Media – Pimpinan Cabang (PC) Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Palembang melaksanakan Focus Grup Discusion (FGD) dengan mengambil tema “Sinergitas pemuda dalam membangun Kota Palembang”, di Aula Pura Agung Sriwijaya Palembang, Jalan Seduduk Putih Kelurahan 8 Ilir Kecamatan Ilir Timur III Palembang, Sabtu (23/1/2021).
Hadir dalam acara tersebut antara lain Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Palembang Ahmad Jazuli, Perwakilan Dinas Pendidikan (Disdik) Palembang Zulkarnain, Sekretaris PC KMHDI Palembang Made Sudiyama, tokoh pemuda Palembang Ki Edi Susilo, S.Pd., dan lainnya.
Kepala Dispora Palembang Ahmad Jazuli menyatakan pihaknya mengucapkan terima kasih kepada PC KMHDI Palembang telah melaksanakan FGD. Ini merupakan suatu kegiatan positif bagi anak muda saat ini.
“Kami sangat mengapresiasi kemandirian dari aktifitas kepemudaan ini. Karena kalau kita berbicara pemuda, sebenarnya inilah jiwa pemuda. Jiwa muda itu tidak ingin tergantung dengan orang, dan harus mandiri. Kalau ingin bebas berkreasi, kalian harus mandiri. Tanpa kemandirian kalian tidak akan bisa memiliki inovasi, dan teruslah eksplore kemampuan diri kalian,” tuturnya.
Perwakilan Disdik Palembang Zulkarnain menambahkan pihaknya berusaha untuk memberikan layanan-layanan kepada masyarakat, lintas agama, lintas budaya, sehingga diharapkan perbedaan-perbedaan yang ada ditengah masyarakat tidak menjadikan distorsi yang bisa memperkeruh atau membuat perbedaan terlalu tajam.
Maka dari itu, perbedaan-perbedaan, baik itu agama, pandangan politik, kepercayaan, budaya tidak menjadi penghalang untuk bersama-sama bersatu menyatukan visi dan misi sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing.
Sementara itu, tokoh pemuda Ki Edi Susilo, S.Pd., mengaku cukup bangga karena anak muda masih menggunakan ikat kepala, dan kebudayaan yang merupakan karakteristik dan identitas diri.
“Jadi karakter inilah yang jadi penting, harus punya katakter. Adat budaya kita, adat ketimuran sangatlah berbeda dengan adat kebaratan. Dimana kita masih ada etika, sopan santun, tetapi tak meninggalkan intelektualitas. Artinya didalam kesantunan dan etika masih ada intelektualitas yang masuk ke diri seseorang, dan itu yang dibutuhkan pemerintah saat ini,” jelasnya.(ton)