OPINI : Andai Tatanan Pemerintahan Berfilosofi ‘Tukang Parkir’

Wakil Pimred sriwijayamedia.com Irawansyah Perdana/sriwijayamedia.com-irawan

Sriwijayamedia.com – Huru hara, kisrah kisruh tata kelola birokrasi pemerintah dalam republik ini menjadikan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) menjadi subur dan tidak dapat dibendung lagi alur dan sistemnya. Bahkan parahnya lagi, hal itu menjadi semacam trend. Trend dimana rasa malu dan takut pertanggungjawaban dunia akhirat diabaikan dan dikesampingkan.

Secara sederhana, tujuan KKN itu tidak jauh dari unsur kepentingan pribadi dan kelompok. Ketika dibahas terkait kepentingan pribadi, maka tentunya lebih pada memperkaya diri sendiri.

Sementara bila dikaitkan dengan kepentingan kelompok, maka lebih pada masalah like n dislike, termasuk SARA. Kalau sudah seperti ini, tentunya cita-cita luhur Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika hanya menjadi sekedar slogan pencitraan yang tidak pernah ada implementasi dan realisasinya.

Sekarang, mari kita berandai-andai, bila para birokrat (kentalnya KKN dilakukan oleh birokrat) menerapkan filosofi ‘Tukang Parkir’. Mungkin bisa jadi Republik tidak carut marut seperti saat ini. Karena seperti kita perhatikan, tukang parkir itu juga memiliki filosofi tersendiri ‘talk less, do more’, hanya ‘kanan-kiri’, ‘maju-mundur’, ‘kiri sedikit’, ‘kanan sedikit’. Kalau sudah terparkir rapi, maka tukang parkir hanya mengatakan, ‘stop (atau hoooop), jangan di rem tangan atau jangan dikunci stang’. Sederhana kan.

Sesederhana itu, karena bila tukang parkir tidak mengikuti layaknya aturan memarkir kendaraan, maka yang jelas akan dikomplain pemilik kendaraan. Bahkan bisa jadi diminta ganti ruginya bila ada lecet atau kerusakan.

Metode dengan filosofi Tukang Parkir sepertinya tidak perlu berdasar pada rumus ilmu ketatanegaraan dari orang-orang bule yang menjadi acuan setiap kampus dalam materi kuliah pemerintahan atau ketatanegaraan, atau tidaklah perlu menggunakan rumusan dari yang bertitel ahli dengan segudang gelar seperti profesor, doktor, atau apalah.

Tapi cukup menggunakan metode filosofi yang sederhana saja, tidak njlimet, tidak ruwet dan tidak aneh-aneh. Yang penting Talk Less Do More.

Oleh : 

Irawansyah Perdana, Wakil Pimred sriwijayamedia.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *