Beri Kesempatan Sama dalam Pendidikan, Sabirin Buka Layanan Pendidikan ABK Ar Royan

user
Darfian Mahar Jaya Suprana 23 April 2023, 13:56 WIB
untitled

Sriwijayamedia.com - Owner sekaligus Ketua dan Pembina Yayasan Ar Royan Sabirin Siahaan secara resmi membuka layanan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau dikenal dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) tingkat SD dan SMP, di Kampong Lae Bersih, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam, Minggu (23/4/2023).

Diketahui, berdasar PP No 72/1991 Bab I Pasal 1 (1), pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang khusus diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental. Sementara pada Bab II Pasal 2 pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.

Sabirin berharap di Kota Subulussalam semua ABK mendapatkan kesempatan sama dalam hal layanan pendidikan.

Untuk itu, guna memberikan kepercayaan kepada orang tua/wali siswa, pihaknya telah melengkapi sekolah ini berupa fasilitas pendukung seperti gedung belajar, perpustakaan, air bersih, pekarangan bermain/olahraga, mushalla ataupun tempat praktik ibadah, asrama bagi siswa menginap.

"Ya, semua fasilitas itu dikelilingi dengan pagar tembok agar siswa terjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan," ujarnya

Tak hanya itu, Sabirin mengaku juga membuka layanan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) untuk anak usia 5-6 tahun, Pendidikan Anak Usia Dini/Kelompok Bermain (PAUD/KB) untuk anak usia 3-4 tahun, dan layanan pendidikan TPA/Balai Pengajian yang diselenggarakan di sore hari dari Senin sampai Jum'at pukul 16.00-18.00 Wib.

Dia memberikan kiat 12 metode bimbingan ABK yang diterapkan dengan harapkan dapat menciptakan peserta ABK yang cerdas, tangguh dan percaya diri.

Pertama melakukan identifikasi dan Asesmen. Kegiatan untuk menemukenali anak. Tujuan asesmen yakni untuk melihat kondisi, karakteristik anak, hingga kemampuan awal anak untuk nantinya menjadi dasar pembuatan program pembelajaran yang sesuai; kedua menyusun program pembelajaran individual (PPI) dan RPP. Program ini bisa disusun dalam wujud PPI maupun RPP.

PPI atau program pembelajaran individual merupakan program pembelajaran yang didesain untuk individu. Sedangkan RPP adalah program yang dirancang untuk satu kelas yang didalamnya memuat kopetensi, materi, metode, bahan ajar, hingga evaluasi. Contoh metode yang bisa digunakan untuk ABK misalnya drill (latihan berulang), Eksperimen, Demonstrasi, Praktek, Karya Wisata, dan banyak lainnya;

Selanjutnya pilih materi akademik fungsional. Maksudnya adalah materi tersebut dapat diterapkan anak dalam kehidupan sehari-hari. Materi akademik fungsional tersebut contohnya penggunaan mata uang, mengenal waktu (jam), dan lainny;

"Kami juga mengajarkan keterampilan kompensatoris. Misalnya keterampilan kompensatoris untuk Tunanetra yakni Orintasi dan Mobilitas, Tunarugu yakni Bina persepsi bunyi dan irama, Tunagrahita yakni Bina diri, Tunadaksa yakni Bina gerak, Autis yakni bisa komunikasi," tuturnya.

Dia menambahkan pihaknya juga membangun kedekatan dengan anak. Supaya anak menjadi nyaman dalam belajar. Dengan demikian diharapkan apa yang dipelajari lebih mudah diserap anak.

Lalu menggunakan media dalam mengajar. Media merupakan hal yang penting, dengan menggunakan media bisa membuat siswa memahami materi dengan mudah. Media juga memungkinkan anak mengalami pembelajaran dengan lebih nyata, jadi anak tidak sekedar membayangkan.

Selanjutnya mengalisis tugas atau task analysis. Dalam menangani ABK sangat cocok menggunakan analisis tugas. Contonya yakni dalam mengajarkan sikat gigi pada anak bisa dimulai dari mengambil alat, kemudian menaruh pasta gigi ke sikat gigi, hingga menggosokkan di gigi dengan baik. Bila langkah satu belum dikuasai jangan dilanjutkan ke langkah yang lebih rumit.

"Penerapan reward dan punishment yakni menerapkan reward (hadiah) dan punishment (hukuman). Dengan menerapkan cara tersebut perlu dilakukan supaya anak memahami apa yang salah atau tidak dilakukan karena terdapat berefek buruk, dan apa yang bagus dilakukan karena dapat berefek baik," terangnya.

Bukan itu saja, pihaknya juga melatih dan mengajari dengan sabar. Ini hal wajib dilakukan oleh guru karena tidak semua yang diajarkan dapat diserap dengan cepat sehingga membutuhkan kesabaran yang tinggi; menghindari Ekspektasi yang terlalu tinggi. Seorang guru dalam mendidik ABK mempunyai ekspektasi boleh, namun ekspektasi tersebut jangan terlalu tinggi. Ekspektasi yang terlalu tinggi bukannya membuat guru lebih produktif, namun bisa malah membuat seorang guru terbebani atau tidak maksimal karena materi yang telah dirancang malah tidak kunjung dikuasai siswa.

Serta mengulangi metode ini akan terus diterapkan oleh guru agar materi yang telah dikuasai dan dipahami anak didik dapat dipindah ke dalam ingatan jangka panjang diotak.

Kendati demikian, seiring berjalannya waktu, sudah barang tentu tuntutan kesempurnaan metode bimbingan dan pembelajaran itu dibutuhkan. Karenanya metode dan inovasi-inovasi baru akan terus diupayakan untuk mencapai kesempurnaan.

"Kami juga mengharapkan bimbingan dan kerja sama yang baik dari Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh, Kacabdiswil Subulussalam-Singkil dan Disdik Kota Subulussalam, serta stakeholder pendidikan lainnya," jelas Sabirin Siahaan. (Mha)

Kredit

Bagikan