Berjuang di ICU Selama 14 Hari, Penyintas Covid-19 Ini Berikan Testimoni

IMG_20210928_133340

Subulussalam, Sriwijaya Media- Memasuki tahun kedua pandemi Covid-19 di Indonesia, dr Dewi Indrawati Pelis selalu aktif memaksimalkan sosialisasi dan imbauan akan pentingnya protokol kesehatan (prokes) kepada masyarakat. Hal itu dimaksudkan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 di wilayah kerjanya, di Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam.

Namun, rupanya virus Covid-19 tak mengenal namanya jenis kelamin, jabatan, tua maupun muda. Siapapun bisa terkena virus Covid-19, kendatipun sebelumnya ia sudah menerapkan prokes ketat.

Bacaan Lainnya

Sama halnya dialami Kepala Puskesmas Rundeng, Kota Subulussalam, Provinsi Aceh dr Dewi Indrawati Pelis. Tepat pada Sabtu 28 Agustus 2021 merupakan hari terberat baginya. Sesak nafas yang menjadi-jadi, diare yang tak berkesudahan selama 2 minggu 1 hari hingga 30 kali, nyeri kepala yang cukup hebat, pola tidur terganggu serta stamina menurun, merupakan gejala-gejala yang dirasakan wanita berusia 43 tahun silam ini.

Ya, begitulah gejala awal yang dirasakan istri dari dr Nawin Kumar (42) ini saat akan dibawa ke Rumah Sakit (RS) Siloam Dirga Surya, sebuah RS Covid-19 terbaik di Kota medan untuk mendapat perawatan intensif.

“Saya tidak malu dikatakan sakit Covid-19, karena itu bukan penyakit tercela. Saya sakit atas izin Allah dan yakin ada hikmah dibalik semua ini,” kata dr Dewi Indrawati Pelis, mengawali ceritanya saat ditemui di kediamannya, Sabtu (25/9/2021).

Wanita yang dikaruniai dua anak ini mengaku sebelum terserang virus Covid-19, ia sempat kontak dengan pasien Covid-19 di Desa Suak Jampak, Kecamatan Rundeng Kota Subulussalam.

Interaksi dengan pasien maupun masyarakat dianggap sebagai hal lumrah, mengingat adalah tugasnya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Keesokan harinya, ia merasakan kalau stamina tubuhnya makin menurun. Suhu tubuh panas dan sesak nafas makin menjadi. Hingga akhirnya ia dilarikan ke RS Siloam Dirga Surya. Ia harus berjuang diruang ICU selama 14 hari, dari tanggal 29 Agustus sampai 15 September 2021.

“Cukup saya saja yang merasakannya, jangan sampai ada yang lain terkena virus Covid-19. Saya berjuang selama 14 hari di ruang ICU dengan masa kritis dan keluhan yang sangat luar biasa,” lirih ibu dari Aulia Syahil Adena (14) dan Geeta Nazwa (12) ini.

dr Dewi, sapaan akrabnya ini melanjutkan banyak hikmah dipetik pasca menjalani perawatan intensif di RS. Ia mengaku sepertinya sang khalik tengah menegur dirinya melalui virus tak kasat mata.

Selama ini, masih kata dia, ia selalu disibukkan dengan urusan kerjaan, Bahkan, waktu dengan keluarga pun sangat terbatas. Sehingga Allah mengingatkan dirinya untuk selalu bersyukur dan mengintrospeksi diri.

“Memang hidup ini harus seimbang, antara dunia dan akhirat. Semoga kedepannya saya bisa adil untuk ibadah, keluarga, dan pekerjaan serta waktu istirahat. Saya tegaskan bahwa Covid-19 itu real. Jadi, jangan menganggap remeh virus tak kasat mata ini,” tutur dr Dewi.

Kendati sebagai penyintas Covid-19, namun ia tetap bersemangat untuk terus mensosialisasikan, mengimbau kepada masyarakat untuk selalu menerapkan prokes Covid-19 seperti selalu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, membawa hand sanitizer, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas diluar rumah dan terpenting juga mengikuti vaksinasi.

dr Dewi mengucapkan terima kasih kepada suami, anak-anak dan keluarga besarku, rekan-rekan di Puskesmas Rundeng yang telah ikhlas mendo’akan hingga ia terbebas dari belenggu Covid-19.

Ia juga meminta warga dapat menjaga diri selama pandemi Covid-19 terus berlangsung. Selain itu, jangan lupa perbanyak ibadah, istighfar, berdzikir dan sedekah.

“Pasca keluar dari RS, saya tetap menjalani isolasi mandiri dirumah. Alhamdulillah Allah memberi kesempatan ibadah kepada saya dan Insha Allah bertaubat,” terang dr Dewi.(maharudin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *