Palembang, Sriwijaya Media – Negara maju harus memperkuat kapasitas fiskal. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Ketua Umum (Ketum) DPP PKB Gus Muhaimin atau akrab disapa Cak Imin dalam pidato awal tahun 2022 yang ditayangkan langsung dalam diskusi bedah, di Hotel The Zuri Palembang, Minggu (9/1/2022).
Menurut Gus Muhaimin, bahwa setiap negara maju dinilai memiliki kapasitas fiskal yang kuat di atas 20 persen Pajak Bumi Bangunan (PBB).
“Indonesia memiliki wilayah laut dan daratan yang luas dengan penduduk besar. Tapi belum dibarengi dengan kapasitas fiskal memadai,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua PKB Sumsel Ramlan Holdan menjelaskan kegiatan ini sengaja digelar guna membedah langsung pidato yang disampaikan oleh Ketum DPP PKB dalam menjadikan Indonesia lebih maju.
Dalam membedah pidato Ketum DPP PKB, pihaknya sengaja mengundang beberapa narasumber handal yakni Dr Muhammad Adil MA selaku Wakil Rektor I UIN Raden Fatah Palembang, Febri Al Lintani selaku Budayawan Sumsel, Dr MH Thamrin, M.Si selaku ahli Kebijakan Publik, Pengamat Politik Bagindo Togar serta moderator sekaligus jurnalis politik Abdul Malik Syafei.
“Ini adalah bagian dari ikhtiar PKB untuk kepentingan bangsa dan negara dalam rangka memerankan PKB, khususnya untuk ketua umum berperan untuk kepentingan bangsa dan negara saat ini,” aku Ramlan.
Ramlan menambahkan meskipun pidato yang disampaikan Cak Imin hanya berdurasi 20 menit, namun apa yang menjadi tujuan DPP PKB tersebut yakni menuju Indonesia Emas 2045 dapat tercapai.
“Apalagi 2045 nanti kita akan dihadapkan dengan krisis energi dunia yang sangat luar biasa, dan ini akan sangat berdampak pada negara kita,” terangnya.
Ramlan menuturkan bahwa pembedahan pidato awal tahun 2022 dari Ketum DPP PKB memiliki suatu inti dalam menghadapi Indonesia kedepannya.
“Pastinya untuk Indonesia 5 tahun ke depan serta Indonesia di 2045,” tuturnya.
Wakil Rektor I UIN Raden Fatah Palembang Dr Muhammad Adil MA melihat Indonesia saat ini harus melakukan lompatan.
“Ditahun 2045 nanti kita harus bisa membuktikan diri sebagai negara lima besar dunia. Kita punya semuanya, tapi kita belum berdayakan secara total potensi yang dimiliki. Kita mesti totalitas, tidak hanya penyedia barang mentah, tapi harus menjadi produsen di negeri sendiri,” jelasnya.
Menurut dia, dunia melirik Indonesia dengan konsep dunia hijau, karena Indonesia adalah paru-paru dunia dan punya lahan perkebunan terbuka luas.
“Gus Muhaimin menyatakan kalau kita adalah raksasa, tapi berkaki pincang. Sekarang bagaimana menjadi raksasa dengan kaki kokoh berdiri di Indonesia,” paparnya. (Ocha)