Kayuagung, Sriwijaya Media – Seluas 2.773 hektar lahan persawahan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) terancam fuso (gagal panen) akibat terendam banjir beberapa hari terakhir.
Dinas Ketahanan Pangan dan Tanaman Pangan Holtikultura (DKPTPH) OKI klaim mengupayakan bantuan benih dari Cadangan Benih Nasional (CBN) untuk membantu para petani yang lahannya terdampak.
“Kami akan usulkan melalui cadangan benih nasional (CBN),” kata Kepala DKPTPH OKI Ir Sahrul melalui Sekretaris DKPTPH OKI Indesi Karyanto, dalam rakor penanggulangan bencana banjir dan longsor di markas komando BPBD OKI, Kamis (20/1/2022).
Indesi menjelaskan CBN adalah benih tanaman pangan yang diperuntukkan untuk kebutuhan mendesak seperti adanya bencana alam yang menyebabkan pertanian mengalami gagal panen atau puso.
Prosedur untuk mendapatkan benih dari CBN ini, kata Indesi, cukup mudah. Yaitu cukup mendapat pengesahan dari petugas lapangan bahwa lahan tersebut memang mengalami bencana yang berakibat gagal panen.
“Cukup ada petugas lapangan yang memang menyatakan bahwa lahannya memang mengalami gagal panen akibat bencana alam,” terangnya.
Meski beberapa lahan persawahan di OKI terancam fuso, Indesi memastikan cadangan beras di Kabupaten OKI tetap aman.
“Kita memiliki ketersediaan beras yang cukup aman dan masih bisa mengandalkan produksi tahun lalu sebanyak 485.824 ton Gabah Kering Giling (GKG) atau senilai 200 ribu lebih ton beras,” paparnya.
Dalam kesempatan tersebut, Indesi meminta kepada para petani yang tanamannya rusak terendam untuk tidak buru-buru menanam, karena prediksi BMKG curah hujan masih akan tinggi sampai pertengahan Februari sampai April 2022 mendatang.
“Lebih baik bersabar sebentar, menunda tanam, daripada ditanam nanti terendam lagi,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala BPBD OKI Listiadi Martin menambahkan Pemkab OKI telah melakukan langkah strategis guna mengatasi dampak bencana banjir yang merendam 8 kecamatan antara lain mengintensifkan posko siaga BPBD OKI serta posko kesehatan di wilayah terdampak.
“Secara tipologis wilayah OKI memang rentan terhadap bencana banjir karena berada di dataran rendah rawa dan sungai. Secara kearifan lokal masyarakat terbiasa menghadapi luapan air sungai namun kita harus hadir untuk memastikan bahwa bencana ini jangan berdampak kerugian ekonomi bahkan jiwa,” aku Listiadi Martin.
Listiadi memaparkan banjir di OKI awal tahun ini berdampak pada 237 kepala keluarga (KK), 990 jiwa, 229 rumah, 2 unit sekolah serta 2.773 hektar lahan persawahan.
Listiadi melanjutkan pihaknya telah melakukan maping dan cek lapangan wilayah terdampak banjir. Untuk itu, rakor yang diselenggarakan adalah untuk menguatkan simpul koordinasi semua pihak untuk menanggulangi dampak banjir.
“Kebutuhan-kebutuhan mendesak seperti air bersih, tenaga kesehatan, bantuan pangan, atau penambahan posko-posko kita siagakan,” paparnya.(abu)