Palembang, Sriwijaya Media – Dalam rangka Anniversary 7th 2022, Aurica School Children with Hearing Impairment Can’t Do Anything yang merupakan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus dengan gangguan pendengaran melaksanakan potong tumpeng, dilakukan oleh Pemilik Yayasan Smart Aurica School (SAS) Seftiana Sari, S.Ked., M.Psi., didampingi oleh Kepala Sekolah Aurica School Childre Bebi Arini, Spd, di Ballroom Maxone Hotel Palembang, Sabtu (12/2/2022).
Sari menyatakan Smart Aurica School adalah sekolah yang direkomendasikan untuk anak yang berkebutuhan khusus seperti anak tuna rungu dan speech delay, dengan memakai alat bantu dengar atau implan koklea.
“Disekolah ini juga memiliki terapis yang profesional di bidangnya. Kita mengajarkan anak- anak tuna rungu dan anak- anak terlambat bicara (Speech Delay),” ujarnya.
Menurut dia, sekolah ini berdiri sejak tahun 2014 dan mulai beroperasi tahun 2015 lalu. Hingga saat ini SAS memiliki cabang di Medan, Batam dan Kota Palembang.
Dia melanjutkan SAS juga memiliki fasilitas metode montessori dan membantu anak-anak untuk menggali potensinya.
“Metode kita lebih menekankan kepada kemandirian dan keaktifan anak dengan konsep pembelajaran praktik dan permainan kolaboratif sensori integrasi (SI),” ungkapnya.
Dia mengaku SI merupakan salah satu bentuk terapi treatment untuk anak berkebutuhan khusus. Sedangkan SDM terapis SAS merupakan lulusan dari universitas terbaik dan memiliki ijazah dibidang pendidikan dan psikologi, serta berpengalaman.
“Di SAS ini memiliki program pembelajaran dan kurikulum yang sudah tersusun baik dengan target untuk terapi,” paparnya.
Dia melanjutkan pihaknya memberikan pelayanan pra pendidikan formal pada anak yang mengalami masalah dengan menggunakan Implan Koklea.
Di SAS ini, bagi anak yang mengalami speech delay diharap memiliki keterampilan dalam berbahasa, berkomunikasi serta kemandirian.
Tujuan pendidikan di SAS ini ialah menciptakan anak cerdas secara sosial dan emosional berprestasi sejak usia dini, mewujudkan impian para orang tua dalam hal kemampuan berbahasa anak.
“Anak dengan masalah gangguan pendengaran, ataupun speech delay menggunakan alat bantu dengar maupun implan koklea setara dengan anak seusianya,” bebernya.
Dalam meraih keterampilan, kemandirian anak dalam hal sosial dan emosional, pihaknya memberikan bimbingan dan pendidikan dari guru yang memiliki kompetensi teori dan praktik.
Selain itu, pihaknya juga memberikan informasi dan arahan kepada orang tua murid, dalam hal pengulangan kata guna mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
“SAS memiliki berbagai Terapy diantaranya Auditori Verbal Terapy. Dimana terapi ini untuk anak gangguan pendengaran dengan mengembangkan kemampuan berkomunikasi anak,” jelasnya.
Begitu pun dalam mengelola bahasa melalui penggunaan alat bantu dengar, implan koklea dan FM System dengan penerapan strategi dan teknik auditori verbal bersama orang tua yang bertujuan membimbing orang tua untuk mengembangkan kemampuan bicara anak.
“Terapi Perilaku (ABA) yakni terapi perilaku yang merupakan proses pengubahan kognitif. Dimana terapi ini menangani masalah perilaku yang mala adaptif. Terapi ini berusaha untuk mengidentifikasi dan membantu mengubah perilaku yang berpotensi menganggu diri sendiri dan menganggu orang lain,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah Aurica School Children Bebi Arini menambahkan acara ini difokuskan kepada penampilan anak-anak tuna rungu untuk bisa menjadi MC, menyanyi, membaca puisi, dan menghafal surah pendek.(ton/ocha)