Opini : Penyebab NATO Tak Ikut Campur Perang Rusia-Ukraina

IMG_20220224_162650

Oleh : 

Mgs M Badaruddin dari Kantor Hukum Balakosa Law Firm

Bacaan Lainnya

Perang antara Rusia dengan Ukraina terjadi karena dipicu oleh keinginan Ukraina bergabung dengan NATO. Rusia sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Ukraina merasa gusar dan terancam apabila Ukraina bergabung dengan NATO.

Kegusaran Rusia disebabkan apabila Ukraina bergabung dengan NATO, maka NATO dapat membuat pangkalan militernya di Ukraina yang tentunya ini membuat Rusia merasa terancam.

Pada Desember 2021 Presiden Rusia Vladimir Putin mengajukan keamanan terperinci untuk menghentikan segala aktivitas militer di Eropa Timur dan Ukraina. Rusia juga meminta kepada NATO untuk tidak pernah menerima Ukraina dan negara-negara bekas Uni Soviet lainnya untuk bergabung. Namun hal itu tidak digubris oleh NATO.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden meyakinkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahwa Amerika Serikat akan menanggapi dengan tegas jika Rusia menginvasi Ukraina. Sehingga membuat Ukraina semakin yakin untuk bergabung dengan NATO yang tentunya hal ini membuat Presiden Rusia Vladimir Putin semakin kesal karena keamanan negaranya terancam. Puncaknya pada 24 Februari 2022 lalu dalam pidato yang isinya tentang Operasi Militer Khusus ke Ukraina sebagai tanda dimulainya invasi militer Rusia ke Ukraina.

Sejak dimulainya invasi militer Rusia ke Ukraina, tidak ada satupun negara anggota NATO yang membantu Ukraina, bahkan Amerika Serikat selaku negara pemimpin NATO yang sebelumnya berjanji kepada Ukraina juga tidak ikut membantu Ukraina menghadapi Rusia.

Bahkan pada pidato kenegaraannya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyampaikan bahwa ia telah menghubungi 27 pemimpin negara Eropa anggota NATO untuk meminta bantuan, namun tidak ada satupun yang menjawab.

Lalu kenapa NATO tidak membantu Ukraina bahkan terlihat seperti tidak ingin ikut campur dalam perang ini.

Mgs M Badaruddin. J, SH., MM., dari Kantor Hukum Balakosa Law Firm menyampaikan alasan NATO tidak ikut ingin ikut campur dalam Perang Rusia- Ukraina menurut analisanya sebagai berikut :

1. Menghindari Terjadinya Perang Dunia (World War) III

Dikutip dari CNBCTV.com (baca Most powerful militaries of 2022 tanggal 11 Januari 2022) Rusia menempati posisi ke 2 sebagai negara dengan kekuatan militer terkuat dunia. Adapun kekuatan militer Russia yang terdiri dari :

• Pasukan aktif : 850.000

• Pasukan Cadangan : 250.000

• Artileri : 7.571

• Kendaraan Lapis Baja : 30.122

• Tank : 12.420

• Helikopter Serang : 544

• Pesawat Tempur : 1.511

Sedangkan untuk persenjataan nuklir, dikutip dari worldpopulationreview.com (baca Nuclear Weapons by Country), Rusia merupakan negara dengan persediaan senjata nuklir terbanyak di dunia yaitu sebanyak 6.257 senjata nuklir atau sekitar 47% dari seluruh jumlah senjata nuklir yang ada di dunia.

Melihat dari 2 data diatas tentang kekuatan militer dan jumlah persenjataan nuklir, ditambah lagi dengan pernyataan dari Presiden Rusia Vladimir Putin sebagaimana yang dilansir CNNIndonesia.com (baca Putin Perintahkan Invasi, Minta Negara Lain Tidak Ikut Campur tanggal 24 Februari 2022) sebagai berikut :

“ Siapapun yang mencoba ikut campur, akan dianggap menjadi ancaman bagi negara kami, bagi rakyat kita semua harus tahu bahwa akan ada respon cepat dari Rusia, dan kalian akan menerima konsekuensi yang belum pernah kalian hadapi sebelumnya”

Seperti menunjukkan kepada dunia bahwa ia tidak main-main dengan ucapannya itu, pada 13 Maret 2022 Angkatan Udara Rusia menyerang Pangkalan Militer Ukraina di dekat perbatasan Polandia yang merupakan negara anggota Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Rusia menuding bahwa pangkalan militer tersebut merupakan tempat penyimpanan senjata dari negara-negara asing yang menyuplai persenjataan bagi militer Ukraina.

Melihat tersebut, maka wajar bila negara-negara NATO enggan ikut campur dalam perang Russia Ukraina, bahkan Amerika Serikat selaku negara pemimpin NATO yang sebelumnya berjanji kepada Ukraina akan bertindak tegas apabila Rusia menginvasi Ukraina, hingga saat ini juga enggan ikut campur secara langsung. Karena apabila mereka ikut campur, maka kemungkinan besar Perang Dunia (World War) III akan terjadi, karena kemungkinan saling serang menggunakan senjata nuklir akan terjadi, dan tentunya itu bukan hal yang diinginkan terjadi.

2. Ketergantungan Negara-negara anggota NATO dengan Rusia

Mayoritas negara-negara anggota NATO adalah negara-negara dari Uni Eropa dan mayoritas negara-negara Uni Eropa yang menjadi negara anggota NATO memiliki ketergantungan yang sangat tinggi kepada Rusia baik dari bidang energi, mineral, serta pangan.

a. Energi

Dikutip dari Tempo.com (baca Ketergantungan Uni Eropa Terhadap Impor Energi, Khususnya dari Rusia), Rusia merupakan pengekspor energi terbesar ke Uni Eropa, Adapun persentase Energi yang diekspor Rusia ke Uni Eropa sebagai berikut :

• Batubara : 49,25%

• Minyak Mentah : 25,73%

• Gas Alam dan Cair : 38,2%

Dikutip dari CNBCIndonesia.com (baca Putin Balas Dendam, Siap-siap Eropa Bisa Gelap Gulita) gas alam memasok 20% listrik Eropa pada tahun 2020 sehingga peran gas untuk sumber energi cukup vital bagi Eropa. Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan Eropa tidak dapat mengamankan pasokan energinya tanpa impor dari Rusia.

Sekitar 40% gas Eropa berasal dari Beruang Merah, di mana Jerman, mendapatkan 32% sumber gas dari Rusia. Selain Jerman, negara-negara Uni Eropa yang pasokan energinya bergantung banyak dari gas alam Rusia adalah Italia, Finlandia, Latvia, dan negara-negara Uni Eropa lainnya.

Jika Jerman dan Italia yang merupakan negara anggota NATO ikut campur dalam perang Rusia-Ukraina, maka otomatis Rusia akan menghentikan ekspor gas alam ke negara tersebut, dan itu akan berdampak amat buruk bagi kedua negara tersebut. Karena sumber listrik mereka berasal dari gas alam dan pada saat musim dingin, penghangat ruangan mereka menggunakan gas alam. Jadi jika mereka tidak memiliki pasokan gas alam maka pada saat musim dingin orang-orang di negara tersebut akan kedinginan dan gelap gulita.

b. Mineral

Untuk Mineral, tidak hanya negara-negara Uni Eropa yang bergantung dengan Rusia. Amerika Serikat pun juga memiliki ketergantungan dengan Rusia. Mineral Rusia tidak hanya memasok Eropa namun juga seluruh dunia. Adapun persentase Energi yang diekspor Rusia ke Eropa maupun seluruh dunia sebagai berikut :

Persentase ekspor mineral Rusia ke Eropa (sumber : databoks.katadata.co.id) :

• Nikel : 95%

• Baja : 51%

• Tembaga : 36%

Persentase ekspor mineral Rusia ke Dunia (sumber : CNBCIndonesia.co.id)

• Nikel : 9,25% (nomor 3 dunia)

• Tembaga : 3,5% (nomor 8 dunia)

• Alumunium/Baja : 5,4% (nomor 3 dunia)

• Kobalt : 4% (nomor 2 dunia)

• Platinum : 10,5% (nomor 2 dunia)

• Titanium : 13% (nomor 1 dunia)

Rusia merupakan pemasok Titanium ke 2 Perusahaan Aviasi terbesar dunia yaitu Boeing dan Airbus, kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang berasal dari negara anggota NATO yaitu Amerika Serikat dan Prancis.

Berdasarkan data diatas dapat menjelaskan bahwa betapa bergantungnya negara-negara anggota NATO dengan ekspor mineral dari Rusia. Bila mereka ikut campur dalam perang ini, maka Rusia akan menghentikan ekspor mineralnya ke negara yang ikut campur dalam perang tersebut. Ini akan membuat industri di negara tersebut berhenti dan tentunya akan memberikan dampak yang buruk bagi negara tersebut.

3. Ukraina Bukan Anggota NATO

Ukraina sendiri saat ini bukanlah anggota dari NATO namun berstatus sebagai “Negara Mitra”. Sebelum perang ini terjadi, Ukraina masih dalam proses untuk bergabung dengan NATO. Amerika Serikat menyambut baik dengan meyakinkan Ukraina bahwa Amerika Serikat akan menanggapi dengan tegas jika Rusia menginvasi Ukraina.

Namun sebelum Ukraina resmi masuk menjadi anggota NATO, Rusia langsung mengambil langkah cepat dengan melakukan Operasi Militer Khusus ke Ukraina yang secara otomatis menghambat langkah Ukraina untuk bergabung dengan NATO.

Dikarenakan Ukraina yang masih dalam proses bergabung, bukan sudah bergabung maka tidak ada Kewajiban ataupun Kepentingan NATO untuk membantu Ukraina menghadapi Rusia.

Berdasarkan penjelasan diatas maka wajar apabila Negara-negara anggota NATO tidak mau ikut campur dalam perang ini, selain untuk menghindari Perang Dunia ke 3, ketergantungan dengan ekspor Rusia, dan juga Ukraina bukan negara anggota NATO.

Maka dari itu daripada mengambil langkah yang dapat merugikan atau mendatangkan hal-hal yang tidak diinginkan NEGARA-negara NATO lebih memilih untuk tidak ikut campur dan lebih memilih untuk melindungi kepentingan dalam negeri mereka masing-masing.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *