Jakarta, Sriwijaya Media – Dalam rangka mengenang 24 Tahun Reformasi, Aktifis 98 sekaligus Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto memilih ziarah dan berkontemplasi di kompleks pemakaman korban kerusuhan Mei 1998 di pemakaman Pondok Ranggon, Kamis (12/5/2022).
Hari sengaja memilih tempat ini untuik memulihkan ingatan tentang kejamnya Tragedi ini.
“Saya berdo’a agar tragedi kemanusiaan ini tidak terulang lagi di republik cinta kita. Cukup lah tragedi menjadi pembelajaran tentang kejinya sebuah perpecahan anak bangsa,” ujar Hari.
Dia menambahkan perlunya menjaga persatuan dan kesatuan serta memegang teguh konstitusi dan ideologi Pancasila sebagai perekat bangsa.
Hari juga mengingatkan hutang sejarah generasi pasca reformasi terhadap rangkaian tragedi sepanjang 1997-1999 yang bertalian yang hingga kini belum menemukan titik terang penyelesaian hukumnya.
Kasus-kasus tersebut adalah Penculikan Aktifis tahun 1997-1998, Tragedi Trisakti, Tragedi Kerusuhan Mei 1998, Tragedi Semanggi I (1998) dan Tragedi Semanggi II (1999).
“Kasus-kasus tersebut masih mandeg sebatas rekomendasi Komnas HAM. Sampai sekarang belum jelah arah penuntasannya. Dengan tidak mengabaikan kasus pelanggaran berat lainnya, saya berharap agar kasus-kasus pelanggaran HAM berat di era perjuangan reformasi dapat segera dituntaskan. Keluarga korban butuh kepastian hukum,” paparnya.
Dia juga mengingatkan aktifis-aktifis 98 yang kini sudah memiliki posisi strategis di Komnas HAM, di parlemen, eksekutif dan BUMN untuk terus menyuarakan penuntasan kasus-kasus tersebut.
“Kawan-kawan jangan pernah lupakan, kalian bisa dalam posisi nyaman saat ini tidak lepas dari pengorbanan belasan mahasiswa dan ribuan rakyat yang gugur selama periode perjuangan reformasi 1997-1999. Jangan karena empuknya sofa, dinginnya AC dan wanginya parfum, membuat kalian lupa ada hutang sejarah yang harus kalian bayar,” jelasnya.
Diketahui, pemakaman umum Pondok Ranggon terdapat blok khusus yang terdiri dari 113 nisan korban kerusuhan 13-15 Mei 1998 di Jakarta.
Kerusuhan Mei 1998 meruopaka rangkaian yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah reformasi di Indonesia. Kejadian ini melekat dengan Tragedi Trisakti 12 Mei 1998 yang menyebabkan 4 mahasiswa Universitas Trisakti gugur.(Irawan)