Jakarta, Sriwijaya Media – Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengingatkan KPU tentang pentingnya asas jujur dan adil (jurdil) pada penyelenggaraan Pemilu 20224. Jika tidak, konstituen Partai Buruh siap duduki Kantor KPU.
Pesan itu disampaikan langsung Said Iqbal kepada Komisioner KPU Idham Kholiq dalam pertemuan tatap muka pengurus dewan pimpinan pusat Partai Buruh yang disebut dengan Komite Eksekutif atau _Executive Committee_ (EXCO) Partai Buruh dengan jajaran KPU, Kamis (9/6/2022).
Iqbal mengingatkan bahwa salah satu buah dari Reformasi adalah dimuatnya asas jurdil Pemilu dalam UUD 1945.
Dia meminta kedua asas ini betul-betul menjadi pegangan bagi seluruh Komisioner KPU dalam menjalankan tugas kepemiluan.
“Politik uang adalah salah satu contoh praktik curang yang bertentangan dengan asas jurdil. Soal ini kami minta benar-benar menjadi perhatian KPU. Kalau ada partai main uang kami minta langsung saja didiskualifikasi,” ujar pejabat organisasi perburuhan dunia itu.
Iqbal yang sudah tiga periode selalu terpilih sebagai governing body di organisasi International Labour Organization (ILO), sebuah badan resmi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menyinggung tentang kesepakatan KPU dengan DPR terkait aturan masa kampanye yang waktunya diperpendek.
“Soal masa kampanye yang disepakati KPU bersama DPR hanya 75 hari itu juga kami tegas menolak. Aturan itu jelas-jelas bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Pemilu yang semestinya bisa dilaksanakan sekitar sembilan bulan,” ungkapnya.
Tokoh penerima Febe Elizabeth Velasquez Award, sebuah penghargaan tertinggi di dunia perburuhan internasional itu juga meminta KPU tidak tunduk pada kesepakatan dimaksud.
Menurut Iqbal, perintah undang-undang kepada KPU sudah sangat jelas bahwa KPU cukup melakukan konsultasi dengan DPR dan pemerintah sebelum membentuk Peraturan KPU (PKPU).
Atas dasar itu dirinya menilai tidak diperlukan adanya sebuah kesepakatan.
“KPU itu kan lembaga yang mandiri dan independen. Sedangkan DPR itu berisi partai-partai politik yang nantinya akan menjadi Peserta Pemilu. Bajunya saja lembaga negara. Jadi mengapa harus membuat kesepakatan?. Semestinya cukup konsultasi saja. Semua keputusan bisa ditentukan sendiri oleh KPU,” papar Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) ini.
Penolakan Partai Buruh terhadap aturan masa kampanye 75 hari menurut Said Iqbal adalah hal yang serius.
Dia bahkan menyebut tidak akan ragu untuk mengerahkan puluhan ribu bahkan ratusan ribu buruh ke Kantor KPU jika aturan yang bertentangan dengan Undang-Undang Pemilu itu tetap diberlakukan.
“Kami Partai Buruh taat pada konstitusi. Lembaga mana pun yang menentang peraturan perundang-undangan pasti kami lawan. Jadi kalau KPU membuat aturan masa kampanye yang merugikan, kami tidak ragu untuk menduduki Kantor KPU,” pungkasnya.(Santi)