Jakarta, Sriwijaya Media – Berbagai elite partai politik (parpol) mulai bergerak dan memanaskan mesin menuju pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Namun, Pengamat Politik Studi Demokrasi Rakyat (SDR) justru mengkritik parpol yang tak memiliki kader yang dapat dijadikan kandidat calon presiden (capres), seperti yang terjadi pada PKS, PAN dan PPP.
“Kondisi ini sebenarnya menunjukkan kondisi real politik yang tidak sehat. Politik ijon ini membuat suasana politik cenderung barbar dan terbukti menyebabkan kaderisasi bangsa ini tidak berjalan,” tegas Hari Purwanto, Jum’at (1/7/2022).
Seharusnya, kata Hari, peran dan kewajiban partai adalah membina kader-kader berkualitas agar menjadi calon-calon pemimpin bangsa dan negara di semua lini dan tingkatan.
Partai sekarang lebih mirip supermarket, mau Pilbup buka lapak, Pilgub buka lapak, bahkan pilpres pun demikian.
“Padahal, calon hasil ijon ini hanya akan melahirkan kepemimpinan yang transaksional belaka,” ujarnya.
Dikatakannya, dalam konteks rebutan Anies Baswedan belakangan ini, tidak lepas dari praktik politik seperti di atas. Partai berbuat mengejar figur yang populer demi mendongkrak elektabilitas partai.
Padahal, tambah dia, Pilpres masih 2 tahun lagi masih cukup mestinya menyemai calon dari kader sendiri.
“Di sisi Anies pun tak boleh juga jumawa, sebab pertandingan masih lama. Masih banyak rintangan yang harus dilalui,” imbuh Hari.
Termasuk, lanjut dia, apakah setelah tidak menjadi Gubernur, popularitas dan elektabilitas bisa dijaga. Sebab, bagaimanapun, posisinya sebagai Gubernur DKI membuat ekpos media terhadap Anies melejit dan terpelihara.
“Dimana dia tidak perlu pusing memikirkan program dan budgetnya,” kata Hari lagi.
Setelah tidak menjabat, kata dia, tentunya harus menahan dan membiayai program sendiri. Meskipun, mungkin sudah ada sejumlah sponsor yang mau membiayai.
“Juga jangan lupakan sejumlah persoalan hukum yang mengintai. Sebut saja penyelidikan dugaan korupsi di Formula E yang sedang digarap KPK,” jelasnya.(irawan)