Sriwijayamedia.com- Sebagian besar pedagang beras eceran di Jakarta memilih bertahan dengan tidak menaikan harga jual beras ke konsumen, meski harga beli dari Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur (Jaktim) mulai meroket dalam sepekan terakhir.
Faiz (26), pedagang eceran di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan (Jaksel) mengaku harga beras cenderung naik dalam setahun terakhir. Terlebih dalam seminggu terakhir terbang tinggi.
Padahal masyarakat pembeli membutuhkan beras yang berkualitas tapi dengan harga terjangkau.
“Adanya pasar murah yang kerap diselenggarakan pemerintah untuk membantu masyarakat faktanya masyarakat enggan membeli beras bantuan, karena kualitasnya kurang bagus dan kebanyakan tidak pulen (perak),” tutur Faiz, Selasa (12/8/2025).
Dengan kenaikan harga beras yang terjadi saat ini, Faiz tidak ikut menaikan harga jual ke konsumen.
Sebagai dampaknya, keuntungan yang ia dapatkan semakin menipis.
Sebagai pedagang beras ecer, Faiz menilai masyarakat lebih menyenangi beras produksi lokal seperti dari Solo, Cianjur, Indramayu dan Minang.
Namun karena sasaran pembelinya adalah masyarakat kalangan menengah kebawah, maka Faiz hanya memilih menjual beras berkualitas sedang dan pulen dengan harga yang tidak terlalu murah, tapi juga tidak mahal.
”Harga beras cenderung naik dalam sepekan terakhir. Masyarakat butuh beras berkualitas, tapi dengan harga terjangkau. Keberadaan pasar murah belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat umum. Kebanyakan konsumen hanya mampu membeli beras dengan harga Rp 12 ribu/liter,” ungkap Faiz.
Dia melanjutkan kenaikan harga beras yang terus terjadi tentu menimbulkan keluhan dikalangan masyarakat. Tidak hanya pedagang, tapi juga pembeli.
Setali tiga uang, Andra (35), pedagang dari Halim, Jaktim ini mengaku menjual beras dengan harga Rp12.000 hingga Rp12.500 per liter.
Dengan keuntungan yang lebih menipis, pembeli pun masih banyak yang mengeluhkan kenaikan harganya.
“Sekarang harga beras lagi naik, meski masyarakat mengeluh tapi pedagang tetap berusaha mengadakan beras. Kami minta agar pemerintah bisa menurunkan harga beras,” imbuhnya.
Sebagai pedagang ecer, ia siap membeli beras bantuan dengan harga murah.
“Beras yang saya jual selalu beras lokal. Namun sejauh ini, saya belum pernah mendengar adanya beras bantuan, padahal masyarakat banyak mengeluh harga beras terlalu mahal sekarang,” jelas Andra usai berbelanja di Pasar Induk Beras Cipinang, Jaktim.
Menurut dia, beras subsidi yang biasanya dikeluarkan oleh pemerintah sebagai solusi untuk membantu masyarakat kelas bawah rupanya belum berdampak signifikan bagi semua pedagang ecer.
Pemilik Toko di kawasan Depok dan Jakarta, Ikhsan menambahkan, meski pemerintah mengeluarkan beras murah, namun rata-rata pedagang eceran tidak mendapatkannya.
Padahal jika pedagang eceran bisa mendapatkan beras murah, pastinya senang dan antusias untuk membeli lebih banyak serta menjualnya dengan harga yang lebih miring dari biasanya. Asalkan kualitas beras murah tersebut baik.
“Aduh, harga beras sekarang bukan main naiknya. Kita cuma untung Rp20.000 per karung. Ketika ada kebijakan beras murah dari pemerintah, tapi kita tidak pernah tersentuh. Disini (Pasar Induk) juga tidak ada yang jual. Dulu ada beras Bulog murah, saya langsung beli 4 karung. Karena murah jadi bisa saya jual dengan cepat. Meski itu beras impor, tapi jika harga murah dan kualitasnya bagus saya tidak masalah,” paparnya.
Ia menambahkan selama ini masyarakat (pembeli) hanya bisa mengeluh kepada pedagang tiap kali harga beras melambung.
Disisi lain, para pedagang hanya mengambil selisih penjualan yang tak seberapa. Karena itu, untuk mengatasi masalah kenaikan harga beras yang terus saja melambung.
Ikhsan berharap pemerintah bisa mengambil kebijakan tepat, proses pendistribusian beras juga harus dipantau, dan pemerintah harus ikut campur dalam masalah beras.
“Distribusi harus dipantau. Pemerintah harus ikut campur karena ini kebutuhan masyarakat sehari-hari. Adanya bazar-bazar beras murah di kecamatan atau kelurahan saya tidak tahu menahu. Terpenting kedepan harga beras murah dan kualitas bagus. Minang dan Cianjur harga termahal. Kita ikut aturan main kalau masalah harga,” aku Ikhsan. (santi)









