Sriwijayamedia.com – Dua tahun menuju pesta demokrasi pemilihan presiden 2024, para pelaku politik saling menyusun strategi dan memperhatikan manuver-manuver politik yang terjadi.
Tak ketinggalan pula barisan pendukung atau relawan para capres yang sebelumnya ikut andil dalam kesuksesan kampanye hingga menjadi penentu kemenangan.
Salah satunya PROJO, yang awalnya merupakan kumpulan para pendukung Jokowi untuk maju dalam Pilgub di Jakarta dan Pilpres. Hingga kemudian paska kemenangan Jokowi sebagai calon presiden yang didukungnya, PROJO menjadi sebuah ormas yang terus mengawal pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Hingga kemudian tibalah kembali momen pemilihan presiden. Hal berbeda kali ini, mungkinkah PROJO memberikan dukungannya kepada Jokowi sebagai capres untuk yang ketiga kalinya, mengingat dalam undang-undang pemilu, jabatan presiden hanya bisa untuk dua periode.
Menjawab pertanyaan tersebut, dalam wawancara khusus di sekretariat PROJO, Pancoran, Jakarta Selatan baru-baru ini, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Projo Handoko menjelaskan dalam perjalanan menuju 2024, PROJO sudah melakukan musyawarah rakyat (musra) diberbagai wilayah.
Hingga kini belum semua wilayah melaksanakan musra. Musra merupakan kegiatan yang dilakukan setelah sebelumnya diselenggarakan rakernas di Magelang pada bulan Mei 2022.
Musra digelar untuk mendengarkan dan menjaring aspirasi dari rakyat tentang berbagai aspek , mulai dari agenda kebangsaan yang pro rakyat, program-program pemerintah yang diharapkan, juga termasuk sosok-sosok kandidat capres yang diharapkan bisa menjadi pengganti atau penerus dari presiden Jokowi.
“PROJO akan mengantongi nama-nama yang diusulkan dari setiap musra yang digelar diwilayah-wilayah,” ujar Handoko.
Akhir Agustus lalu, musra diselenggarakan di Kota Bandung. Berikutnya musra akan diselenggarakan di Makassar. Dari situlah PROJO akan melihat perkembangan sikon dan suara rakyat yang ada.
Menurut Handoko, semua kemungkinan dalam politik bisa saja terjadi, sehingga keberadaan PROJO untuk tetap dalam dukungan terhadap PDIP atau tidak, semua masih dilihat perkembangan kedepan.
Kriteria calon pemimpin yang dibidik oleh PROJO, lanjut Handoko, seperti halnya Jokowi yang dinilai merakyat, kerja nyata, kerja keras, benar-benar mendedikasikan seluruh pikiran, tenaga dan waktunya untuk kesejahteraan dan kemajuan bangsa.
Kesolidan dukungan dan kekuatan PROJO, rakyatlah yang tentu lebih mengetahuinya. Sehingga PROJO menyerahkan sepenuhnya kepada rakyat yang menilainya.
Handoko menjelaskan bahwa ada kalkulasi sendiri yang nantinya akan digunakan PROJO untuk mengukur kekuatan dan kesolidan dukungan PROJO terhadap capres.
Sebagai ormas yang bergerak dilapangan politik, PROJO bercita-cita untuk terus berada di garis rakyat sesuai tagline-nya yaitu bagaimana PROJO bisa memberi konstribusi yang bagus bagi kemajuan demokrasi, serta kehidupan berbangsa dan bernegara yang ujungnya bermuara pada kepentingan rakyat.
“PROJO pasti tetap exist mendukung dan selalu bersama Jokowi. Itu sudah komitmen kami untuk menuntaskan, menemani, mengawal pak Jokowi menuntaskan agenda-agenda dan janji-janji politik beliau sampai diakhir masa jabatannya,” tegas Handoko.
Menanggapi issue Jokowi untuk tiga periode, PROJO belum mempunyai sikap resmi akan hal itu. Handoko mempersilakan pihak manapun terhadap usulan Jokowi tiga periode.
“Wacana yang berkembang dibawah, ya silahkan saja. Sebagai wacana silahkan tidak boleh dilarang. Kehidupan demokrasi kita. kan boleh begitu. Ngomong ganti presiden ya boleh, ngomong Jokowi mundur, ya boleh. Masa ngomong jokowi 3 perode tidak boleh? Nanti malah dikatakan anti demokrasi,’ sebut Handoko.
Handoko juga berpesan kepada seluruh komponen bangsa,agar memiliki cita-cita yang sama untuk kemajuan bangsa ini.
“Mari kita cari sama-sama dengan objektif, dengan ukuran dan hati yang bersih. Cari pemimpin yang benar-benar memahami dan implementasikan keinginan rakyat. Semua harus berpulang kembali bermuara pada kepentingan rakyat, “ ajak Handoko. (Santi).