Oleh :
Maysah Hanum, mahasiswa jurusan Sastra Minangkabau, Universitas Andalas
Masyarakat Minangkabau dikenal memiliki sistem adat dan budaya yang kaya. Warisan budaya Minangkabau tidak hanya terwujud dalam adat istiadat dan bahasa, tetapi juga dalam arsitektur tradisional yang kaya akan nilai simbolik. Salah satu elemen yang mencerminkan hal ini adalah rangkiang, lumbung padi khas Minangkabau yang berdiri di halaman rumah gadang.
Rangkiang bukan hanya tempat menyimpan padi, tetapi juga lambang kesejahteraan, kehormatan keluarga, dan wujud syukur atas rezeki yang diperoleh.
Ia merepresentasikan pandangan hidup masyarakat Minang yang menjunjung tinggi nilai kerja keras, ketahanan pangan dan solidaritas sosial.
Rangkiang atau nama lain dari lumbung padi adalah sebuah tempat kecil di samping rumah gadang yang digunakan untuk menyimpan beras untuk diolah yang hanya ada di Minangkabau.
Keberadaan rangkiang di Minangkabau sangat multifungsi. Rangkiang yang berjejer di halaman rumah gadang menjadi ikon atau simbol kejayaan suatu kaum, agar kaum tersebut mampu mengakomodir kebutuhan pangan mereka hari ini dan untuk masa yang akan datang.
Setiap rumah gadang memiliki Rangkiang yang didirikan di halaman depan rumah. Biasanya diletakkan di halaman depan rumah, di sisi kiri dan kanan.
Rangkiang idealnya menyertai sebuah Rumah Gadang. Rangkiang ini juga dibuat melengkung seperti arsitektur rumah gadang. Rangkiang juga memiliki struktur atap yang melengkung seperti tanduk kerbau, namun ukurannya lebih kecil.
Hanya saja desainnya sederhana, dengan 4 atau 6 tiang, dinding yang terbuat dari anyaman bambu, tanpa pintu, dan atap gonjong. Bangunan tanpa pintu ini berdiri kokoh di halaman rumah gadang. Sebagai pengganti pintu, dibuatlah singkok di bagian atas salah satu dindingnya.
Jadi, untuk menyimpan atau mengambil padi, biasanya digunakan tangga bambu yang disimpan di bawahnya ketika tidak digunakan lagi.
Di masa lalu, Rangkiang merupakan bagian penting dalam menjaga kelangsungan hidup keponakan.
Keberadaannya digunakan sebagai indikator kekayaan seseorang. Semakin banyak sebuah kelompok memiliki Rangkiang, maka semakin tinggi pula kedudukan mereka di masyarakat.
Rangkiang merupakan hal yang penting dalam berbagai kehidupan masyarakat Minangkabau. Di Minangkabau, harta pusaka adalah milik “ambun puruik” (Bundo Kanduang). Kepemilikan ini tidak bersifat individual melainkan milik kelompok, namun dalam istilah saat ini, Bundo Kanduang adalah seseorang yang mengatur produksi padi di Rangkiang.
Rangkiang digunakan untuk manajemen keuangan yang kuat. Rangkiang membuat masyarakat Minangkabau siap menghadapi setiap musim yang akan terjadi. Kondisi alam yang tidak menentu membuat manajemen yang kuat menjadi hal yang penting untuk bertahan hidup. Rangkiang membuat masyarakat harus pandai menabung.
Umumnya, Rangkiang ditemukan di daerah pegunungan karena mereka bergantung pada hasil alam. Alam tidak akan selalu menyediakan makanan untuk mereka. Hal ini membuat rangkiang menjadi tempat cadangan.
Secara fungsional, rangkiang dirancang untuk meringankan keluarga atau orang yang memiliki rumah besar dari kelaparan, atau untuk memenuhi kebutuhan mereka ketika terdesak akan makanan, untuk keperluan upacara-upacara adat, untuk melewatkan gala dan untuk persiapan atau cadangan dalam keadaan terdesak, serta untuk keperluan panghulu ketika menjalankan tugas kesehariannya sebagai penghulu, dan upacara-upacara adat lainnya yang dianggap penting.
Menurut A Navis, dalam bukunya “Alam Takambang Jadi Guru”,nada empat jenis Rangkiang, yaitu:
1. Rangkiang Sitinjau Lauik, yaitu tempat penyimpanan beras yang akan digunakan untuk membeli barang atau kebutuhan rumah tangga yang tidak bisa dibuat sendiri. Jenis ini lebih ramping dari yang lain, berdiri di atas empat tiang. Letaknya berada di tengah-tengah di antara rangkiang lainnya.
2. Rangkiang Si Bayau-Bayau, yaitu tempat menyimpan beras yang akan digunakan untuk makanan sehari-hari. Jenisnya gemuk dan berdiri di atas enam tiang. Letaknya di sebelah kanan.
3. Rangkiang Si Tangguang Lapa, yaitu tempat menyimpan beras cadangan yang akan digunakan pada musim paceklik. Bentuknya persegi dan berdiri di atas empat tiang.
4. Rangkiang Kaciak, yaitu tempat menyimpan padi gabah yang akan digunakan untuk benih dan biaya menggarap sawah pada musim berikutnya. Atapnya tidak berumbung dan bangunannya lebih kecil dan lebih rendah, terkadang berbentuk bulat.
Rangkiang mungkin sudah sangat jarang ditemukan saat ini. Setidaknya setiap rumah gadang memiliki satu atau dua buah Rangkiang di halaman rumah. Namun banyak rumah gadang yang sudah tidak lagi memiliki Rangkiang.
Pemandangan seperti ini membuat masyarakat Minangkabau seolah-olah tidak bisa lagi menabung. Sekilas, Rangkiang memang tidak lagi berguna di era modern ini karena fungsinya sebagai lumbung telah digantikan oleh bank sehingga dapat menghiasi dan melengkapi halaman rumah gadang.
Namun, kearifan dan fungsinya sebagai lumbung dan cadangan tidak akan hilang seiring berjalannya waktu.
Susunan Rangkiang yang berjejer di halaman rumah gadang menunjukkan betapa pentingnya Rangkiang dalam struktur sosial masyarakat Minangkabau. Kearifan lokal yang mulai hilang dan hampir punah, bahkan tidak sedikit rumah gadang yang kini berdiri tanpa keberadaan rangkiang. Namun, di tengah arus modernisasi dan pergeseran gaya hidup masyarakat, keberadaan rangkiang mulai jarang dijumpai, bahkan tidak lagi difungsikan sebagaimana mestinya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan lunturnya makna dan nilai budaya yang melekat pada rangkiang.
Fungsi Rangkiang pada masa lalu selalu diidentikkan dengan lumbung padi. Rangkiang melahirkan pemahaman untuk selalu menabung. Rangkiang juga dapat diartikan sebagai situasi yang mengharuskan manusia untuk selalu memiliki cadangan. Hal ini akan tercermin dari pepatah Minangkabau “Ado jan dimakan, ndak ado baru dimakan”, sebuah pemahaman yang lengkap yang terkandung dalam filosofi Rangkiang. Rangkiang menjadi sebuah perspektif yang mengajarkan masyarakat untuk berhemat.
Mengajarkan masyarakat Minangkabau untuk selalu siap siaga dalam kondisi apapun. Hal ini sangat berguna di negara yang hampir selalu dilanda bencana, kesiapsiagaan sangat dibutuhkan.









