Sriwijayamedia.com – Guna meningkatkan hubungan kemitraan, Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumsel menggelar temu responden dan sarasehan, di Grand Ballroom Arista Hotel Palembang, Senin (3/10/2022).
Hadir dalam kesempatan itu diantaranya Gubernur Sumsel H Herman Deru, perbankan, dunia usaha dan pihak terkait lainnya.
Diketahui, Perwakilan BI Sumsel melangsungkan temu responden dan sarasehan terkait pengendalian inflasi pangan mewujudkan Sumsel kuat Indonesia hebat.
“Kami memberikan apresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi aktif dalam berbagai kegiatan survey yang dilakukan BI,” kata Kepala Perwakilan BI Sumsel Erwin Soeriadimadja.
Dengan begitu, kata dia, langkah koordinasi BI akan semakin mudah dan juga semakin erat didalam pelaksanaan survey ini. Sehingga nanti berujung pada penyusunan data statistik ekonomi daerah dan juga rekomendasi kebijakan yang diajukan.
Saat ini, Indonesia sedang menghadapi tantangan inflasi yang dipicu oleh krisis ekonomi dan juga pangan. Sementara disisi lain, Indonesia juga harus terus memelihara momentum pengelolaan ekonomi agar daya beli masyarakat bisa terus terjaga.
“Krisis pangan yang terjadi didunia pada saat ini cukup mengkhawatirkan bagi 305 juta rakyat dunia. Kondisi memprihatinkan ini mengancam 48 negara dunia, terutama yang sangat tergantung pada pasokan pangan dari Rusia maupun Ukraina,” terangnya.
Tidak hanya itu, ongkos-ongkos stabilisasi negara-negara dunia pun meningkat untuk mengatasi krisis pangan ini. Hal tersebut tentunya menuntut kewaspadaan bersama, mengingat inflasi di Indonesia sendiri pada Agustus tercatat 4,69 persen.
Sementara di Sumatera inflasi tercatat 45, 44 persen. Tekanan inflasi ini bersumber dari harga-harga komoditas dan juga harga barang yang diatur oleh pemerintah.
“Oleh karena itu, kedepan diperlukan strategi untuk tetap menjaga kestabilan dari harga komoditas pangan, seperti cabe, bawang merah, telur ayam, dan juga lainnya, agar tetap berada dalam jumlah yang cukup dan juga terjangkau oleh masyarakat,” jelasnya
Sementara itu, Gubernur Sumsel H Herman Deru menambahkan ada faktor utama yang kerap menyebabkan kenaikan harga pangan yaitu musim, dan itu tidak bisa dikendalikan oleh manusia.
Apalagi Badan Meteorologi dan Geofisika menyampaikan bahwa sampai tahun 2022 dimungkinkan akan turun hujan atau kemarau basah.
“Pastinya itu sangat berpengaruh terhadap beberapa komoditas pertanian kita. Makanya akses dari sentra produksi ke kabupaten ke kota sedikit demi sedikit diperbaiki,” ungkapnya.(ton)