Workshop Pengembangan Produk Hilirisasi Kelapa Sawit Bagi UMKM Resmi Dibuka

Kepala Disbun Provinsi Sumsel Ir Agus Darwa, M.Si., bersalaman dengan Sekjen DPP APKASINDO Dr Rino Afrino, ST., MM.,/sriwijayamedia.com-ton

Sriwijayamedia.com- Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Sumsel Ir Agus Darwa, M.Si., membuka secara resmi kegiatan workshop pengembangan produk hilirisasi kelapa sawit bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan koperasi, gelaran Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Provinsi Sumsel, Jumat (16/11/2024).

Kepala Disbun Provinsi Sumsel Ir Agus Darwa, M.Si., menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya kegiatan ini.

Bacaan Lainnya

“Kita saat ini banyak dihadapkan dengan problem-problem, ada inflasi yang setiap hari dibicarakan keterpurukannya, dan alhamdulillah di sub sektor perkebunan tidak mengalami kendala,” ujarnya.

Apalagi sektor perkebunan telah melalui residensi, walaupun dalam makna sangat kecil terhadap dunia perkebunan.

Bahkan sektor ini sudah merasakan akselerasi bagaimana percepatan di bidang pembangunan perkebunan di Indonesia.

“Sawit ini baru trend setelah tahun 2017 keatas. Sebelumnya yang paling trend itu adalah karet. Saat ini, sawit menjadi primadona,” terangnya.

Provinsi Sumsel, kata dia, memiliki luasan kebun sawit hingga 1,4 juta hektar, berdasar data  BPS. Bahkan Sumsel menduduki peringkat ke lima terluas di Indonesia.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP APKASINDO Dr Rino Afrino, ST., MM., mengaku sangat bersyukur bahwa kepengurusan APKASINDO periode 2024-2029 baru saja dilantik.

“Bahwa petani harus naik kelas, petani harus setara, petani harus naik martabatnya, makanya organisasi ini tidak memandang petani sawit dari suku apa pun, dari agama apa pun, dari ras apa pun, dan sebagainya,” imbuhnya.

Dia menyebut ada sejumlah aspek yang diinginkan oleh petani. Salah satunya memiliki kebun yang legalitasnya jelas, dan ini tidak henti-hentinya diperjuangkan APKASINDO.

“Karena aspek legalitas adalah harga mati. Kenapa, karena begitu banyak petani kita tidak bisa ikut dalam Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Lalu aspek lainnya adalah produktivitas,” bebernya.(ton)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *