Sriwijayamedia.com – Sebagaimana diketahui bahwa dunia bahwa sepak bola Indonesia sedang mengalami kedukaan mendalam pasca insiden 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan menewaskan 135 orang dan 400 lebih orang terluka saat pertandingan antar klub Arema FC dan Persebaya FC.
Insiden tersebut telah di investigasi dari berbagai sisi. Banyak upaya dilakukan demi yang katanya untuk memperbaiki situasi dan demi menyelamatkan sepak bola Indonesia.
Bahkan presiden Joko Widodo mendelegasikan salah satu menterinya Erik Thohir untuk bertemu secara personal dengan Infantino di Qatar. Pertemuan tersebut ditindaklanjuti dengan kedatangan Infantino ke Indonesia.
Ketua Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI) Sarman, Kamis (20/10/2022) menegaskan meski kedatangan Infantino ke Indonesia secara organisasi bisa dianggap extraordinary karena intervensi pemerintah, namun tetap saja membawa harapan banyak pecinta bola Indonesia.
Terpaling diharapkan dari kedatangan Infantino diantaranya pernyataan tegas FIFA terkait insiden tersebut, tentang penyebab insiden, tentang siapa yang harus bertanggung jawab, tentang apa yang mesti dilakukan agar insiden serupa tidak terjadi lagi dimasa mendatang.
Tentunya kedatangan Infantino diharapkan dapat mengobati duka pecinta bola Indonesia pada umumnya dan terutama khususnya duka keluarga korban yang ditinggalkan.
“Dengan harapan-harapan tersebut, yang ada dalam bayangan kita adalah Infantino seharusnya langsung menuju tempat insiden dan setidaknya menemui keluarga korban, secara langsung mengumpulkan informasi dari beberapa hasil investigasi, sehingga dapat membuat kesimpulan dan kemudian membuat pernyataan tegas yang sesuai dengan kebijakan FIFA,” terangnya.
Namun tidak seperti yang diharapkan, lanjut dia, Infantino malah dilaporkan bermain sepak bola dengan Ketua Umum PSSI M Iriwan atau lebih dikenal dengan sebutan Iboel atau Iwan Bule seolah-olah insiden itu adalah lawakan.
“Sehingga kemudian banyak orang mempertanyakan “Apakah mereka punya rasa emphaty?” “Beginikah cara FIFA menyelesaikan masalah?” “Apa mereka bersungguh-sungguh ingin memperbaiki sepak bola Indonesia?” ” Apakah ini etis?” ” Apakah mereka punya moral?” Sedangkan Infantino sebagai presiden FIFA merupakan wajah yang mewakili lebih dari 200 negara anggotanya,” jelasnya.
Sikap Infantino tersebut berbeda jauh dengan Blater saat menyikapi bencana tsunami Aceh pada tahun 2004 lalu. Blater langsung mengunjungi Aceh dan dengan atas nama anggota FIFA menyampaikan rasa duka yang dalam serta memperlihatkan rasa empatinya.
Bahkan FIFA membantu pembangunan stadion di Aceh. Dia menemui korban bencana untuk memberikan penghiburan meski bencana tersebut tidak dapat dihindari dan tidak terkait langsung dengan sepak bola.
“Oleh karenanya, wajar bila kita mempertanyakan apa sebenarnya alasan dibalik kedatangan Infantino,” terangnya.(Irawan)