Sriwijayamedia.com- Direktorat Project Infrastruktur PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) melakukan penanaman bibit mangrove, dalam rangka implementasi Environmental, Social And Governance (ESG) Project Sumatera, di Desa Sungsang IV Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin, Sumsel, Sabtu (19/8/2023).
Diketahui, tumbuhan mangrove adalah tumbuhan pantai yang tumbuh subur pada wilayah tropis dan mempunyai fungsi yang sangat penting bagi lingkungan.
Antara lain sebagai habitat dan tempat berlindung bagi banyak organisme ekonomis penting, mencegah intrusi air laut ke daratan, serta melindungi pantai dari kejadian abrasi.
“Layanan ekosistem mangrove ini akan efektif, terutama ditentukan oleh faktor yang sangat penting yaitu luasan dan ketebalan mangrove yang memadai,” ujar Asisten I Setda Sumsel H Edward Candra.
Menurut dia, Provinsi Sumsel adalah salah satu provinsi yang memiliki mangrove cukup luas yaitu 171.628 ha (Peta Mangrove Nasional, 2021) atau 28 persen dari total luas Mangrove di Sumatera.
Sumsel juga merupakan provinsi dengan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi di wilayah pesisir yang luas sekitar 346 ribu hektar, termasuk bagian dari Taman Nasional Berbak Sembilang yang ditetapkan sebagai Kawasan Ramsar pertama di Indonesia karena memiliki nilai ekologi yang penting secara internasional.
“Oleh sebab itu Pemprov Sumsel mempunyai komitmen yangyang sangat besar terhadap upaya-upaya perlindungan ekosistem mangrove,” ungkapnya.
Kejadian abrasi yang terus terjadi sangat meresahkan masyarakat karena tempat tinggal mereka tergerus abrasi, yaitu proses pengikisan pantai oleh energi gelombang dan arus laut yang dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Seperti berkurangnya hutan mangrove sebagai pelindung alami pantai.
Hal ini terjadi karena rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat sehingga memanfaatkan ekosistem hutan mangrove untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara yang tidak lestari.
“Hal prioritas yang mendesak untuk dilakukan adalah penyadaran masyarakat akan pentingnya sumber daya pesisir, khususnya ekosistem mangrove, bagi kehidupan mereka melalui serangkaian kegiatan penyuluhan dan pelatihan,” jelas Edward.
Dalam hal kegiatan konservasi, termasuk rehabilitasi hutan mangrove, keberhasilan/kegagalan program tersebut sangat ditentukan oleh partisipasi masyarakat.
Pengelolaan berbasis masyarakat perlu dilakukan untuk memperbaiki kondisi ekosistem hutan mangrove, yang selanjutnya juga dapat digunakan sebagai destinasi wisata mangrove.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan mangrove secara bertanggung jawab, serta meningkatkan pengetahuan dan penerapan kearifan lokal tentang konservasi.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada manajemen PT KPI yang berinisiatif mengadakan acara ini. Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua,” paparnya.(ton)