Pabrik CRF Dikeluhkan, Warga Tanjung Sanai Dua Bengkulu Desak Operasional Ditutup

Keberadaan PT CRF, pabrik penggilingan batu dan memasak aspal yang berada di Desa Tanjung Sanai Dua Kecamatan PUT, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu/sriwijayamedia.com-rifai

Sriwijayamedia.com – Keberadaan PT CRF, sebuah pabrik penggilingan batu dan memasak aspal yang berada di Desa Tanjung Sanai Dua Kecamatan Padang Ulak Tanding (PUT), Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu sejak lebih dari setahun dikeluhkan.

Warga Dusun Satu dan Dua Desa Tanjung Sanai mengeluhkan asap, debu serta bunyi yang ditimbulkan akibat aktivitas PT CRF. Terlebih keberadaan pabrik berdampingan dengan pemukiman warga.

Bacaan Lainnya

“Keberadaan pabrik sangat menggangu sekali. Karena jaraknya yang berdekatan dengan pemukiman, debu pabrik  kerap mengotori jemuran pakaian,” keluh Ven, warga setempat, Sabtu (15/7/2023).

Selain itu, debu yang berterbangan kerap menimbulkan penyakit kulit, hingga batuk-batuk.

“Masjid bahkan rumah warga tak pernah bersih. Selalu saja diselimuti debu bertebaran,”terangnya.

Dia berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rejang Lebong mengambil tindakan dengan mencabut izin PT CRF. Karena aktivitas perusahaan tersebut sangat menganggu kenyamanan warga.

Setali tiga uang, Edi mengaku warga sempat mengadakan aksi unjuk rasa di depan kantor camat guna meminta agar pabrik ditutup.

Sayangnya tuntutan tak digubris dan PT CRF masih beroperasi hingga saat ini.

“Sebenarnya kami sangat keberatan atas keberadaan pabrik itu. Sebab ketika beroperasional mengeluarkan asap hitam tebal dan debu berterbangan sehingga membuat warga disekitar lingkungan pabrik terganggu dengan bunyi bising,” imbuhnya.

Dia berharap pemerintah segera menindaklanjuti keluhan warga ini, mengingat keberadaan pabrik tidak memberikan manfaat untuk warga.

“Tanaman karet, padi dan tanaman warga terlihat kurang subur diduga akibat polusi udara debu dan asap hitam tebal dari pabrik,” tuturnya.

Menyikapi hal itu, Kepala Produksi PT CRF Asep Herdiana,  pada Kamis (13/7/2023) mengaku tidak begitu mengetahui permasalahan tersebut.

“Saya baru bertugas sekitar enam bulan disini. Pabrik ini berdiri sudah dua tahun terakhir. Namun baru beroperasi enam bulan terakhir. Untuk jumlah pekerja hanya 12 orang, itupun memberdayakan warga sekitar,” akunya.

Dia mengaku saat ini pabrik jarang berproduksi lantaran keterbatasan bahan material. Dalam sepekan maksimal dia kali.

“Alhamdulillah kita selama berdiri sampai sekarang tidak ada masalah. Kita berdayakan warga sekitar bekerja di pabrik,” paparnya.(M Rifa’i)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *