Koalisi Pilkada OKI 2018 Diproyeksi Terbelah

IMG_20170705_191737
Koalisi Pilkada OKI 2018 Diproyeksi Terbelah
Ketua DPW PAN Sumsel H Iskandar, SE didampingi fungsionaris PAN OKI saat akan mengambil formulir di Partai Hanura OKI belum lama ini

KAYUAGUNG- Koalisi sejumlah partai politik (parpol) pada pemilihan kepala daerah (pilkada) OKI yang mengusung bakal calon bupati OKI H Iskandar, SE diproyeksi akan terbelah dan tidak akan mengulangi sejarah seperti koalisi yang terjadi pada pilkada OKI 2013.

Bacaan Lainnya

Pasalnya, Ketua DPD Partai Hanura Sumsel H Mularis Djahri digadang-gadang akan berpasangan dengan Lury Elza Alex, putri Gubernur Sumsel H Alex Noerdin untuk maju pada pilkada Palembang 2018 mendatang. Belum lagi, Partai Gerindra Sumsel berpotensi akan berkoalisi dengan Partai Demokrat Sumsel.

Diketahui, adapun parpol koalisi yang mengusung pasangan calon bupati dan wakil bupati OKI 2013 lalu (H Iskandar, SE dan HM Rifai, SE) antara lain PAN, PKB, Hanura, Gerindra, PKPI, PPRN, PKPB dan Patriot.

Pengamat politik Sumsel Dr Reinhard Hutapea dikonfirmasi menegaskan koalisi sejumlah parpol di OKI tidak akan berulang seperti yang terjadi pada koalisi parpol di pilkada OKI tahun 2013 lalu.

“Menilik peta politik Sumsel bahwa Ketua DPD Hanura Sumsel H Mularis Djahri digadang-gadang akan disandingkan dengan Lury. Jika memang demikian, maka tidak menutup kemungkinan koalisi Hanura dan Golkar juga berlaku di OKI,” kata Direktur CEPP PPS Unitas (Centre for Election and Political Party, Program Pascasarjana, Universitas Taman Siswa) Palembang.

Artinya, masih kata dia, satu partai politik koalisi pilkada OKI 2013 yang mengusung H Iskandar, SE dan HM Rifai, SE dipastikan akan keluar.

Begitupun untuk Partai Gerindra. Jika Partai Gerindra Sumsel berkoalisi dengan Partai Demokrat Sumsel, maka koalisi pilkada OKI semakin terbelah.

“Komunikasi politik antar parpol terus diintensifkan guna mengusung sejumlah pioner partai maju dalam pilkada Sumsel. Biasanya ada korelasi yang merumuskan kesepakatan-kesepakatan yang notabenenya menguntungkan sejumlah parpol tertentu di kabupaten dan kota,” jelasnya.

Untuk mengusung pasangan calon maju dalam pilkada, lanjut dia, setidaknya dibutuhkan 9 kursi yang ada di parlemen.

Jika dikalkulasikan, saat ini PAN OKI memiliki 5 kursi legislatif. Sementara partai yang tetap solid yakni PKB memiliki 3 kursi. Artinya masih kurang satu kursi untuk bisa mengusung satu pasangan calon.

“Golkar dan Gerindra OKI memiliki 5 kursi. Partai Demokrat 7 kursi. Hanura 4 kursi. NasDem dan PKS 3 kursi dan PDIP 9 kursi dan PBB 1 kursi. Jadi, untuk mencukupi 9 kursi, PAN harus mengajak parpol lain untuk berkoalisi. Kemungkinan ke Partai NasDem bisa saja terjadi, termasuk ke partai lain sehingga kuota tercukupi,” ujarnya.

Dia meyakini dalam pilkada OKI akan ada 4 pasangan calon yang berkompetisi memperebutkan bupati dan wakil bupati OKI periode 2018-2023.

Sebelumnya, Ketua DPW PAN Sumsel H Iskandar SE berharap koalisi parpol yang mengusungnya pada Pilkada 2013 akan mengulangi dukungan serupa.

“Hanura telah bersama-sama berjuang dengan saya pada Pilkada 2013 lalu. Saya mendaftar ke sini untuk melanjutkan sinergi saya dengan Hanura,” kata H Iskandar saat pengambilan formulir di Hanura OKI, belum lama ini.

Begitupun di Partai Gerindra, H Iskandar mengajak Gerindra menjadi pelaku sejarah dalam membangun Kabupaten OKI.

“Saya masih seperti yang dulu, saya merasa nyaman dengan Gerindra dan parpol lainnya yang mengusung saya dulu,” tutur Iskandar.(fian)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *