KAYUAGUNG-Peristiwa Isra’ Mi’raj adalah salah satu peristiwa yang agung dalam perjalanan hidup Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Isra` secara bahasa berasal dari kata ‘saro’ bermakna perjalanan di malam hari. Adapun secara istilah, Isra` adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Jibril dari Mekkah ke Baitul Maqdis (Palestina).
Mi’raj secara bahasa adalah suatu alat yang dipakai untuk naik. Adapun secara istilah, Mi’raj bermakna tangga khusus yang digunakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk naik dari bumi menuju ke atas langit.
Atas dasar itulah, Pemerintah Desa (Pemdes) Seritanjung Kecamatan Tanjung Lubuk Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) menggelar peringatan Isra’ Mi’raj yang diadakan di Masjid Nurul Yaqin, Kamis (12/4).
Dalam acara tersebut juga menghadirkan Ustadzah Masitoh, S.Ag dari Desa Sri Dalam Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir (OI), dengan tausiah mengangkat tema aplikasi shalat dalam memberantas penyakit hati seperti hasut, riya, iri, dengki dan demdam.
Sementara itu, Ketua Peringan Hari Besar Islam (PHBI) yang juga merupakan ketua koordinator keagamaan, Bapak Basyuni menjelaskan, ukhuwah islamiyah harus terus menerus dibangun dan dipelihara di muka bumi ini sebagai penjabaran dari aplikasi aktif seluruh ummat muslim dalam menjaga kemaslahatan di dunia dan akhirat.
“Melalui peringatan hari besar Islam seperti Isra’ Mi’raj yang rutin setiap tahun dilaksanakan, diharapkan dapat meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan tali silaturahmi serta perilaku yang sesuai dengan syariat islam diawali dari lingkungan terkecil yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan yang lebih luas lagi,” jelasnya.
Ditambahkan Kades Seritanjung Abdul Halif, S.Pd, di dalam peristiwa Isra’ Mi’raj ini kita memperoleh pelajaran, bahwa untuk memperjuangkan agama Allah benar-benar dibutuhkan muslim yang sejati, teguh pendiriannya dan kuat imannya.
“Dalam hal ini pengikut pengikut Rasulullah SAW telah diuji oleh Allah SWT dengan adanya peristiwa Isra’ Mi’raj, yakni apakah mereka mempercayainya dan bertambah iman ataukah mengingkari kebenarannya. Sehingga dengan demikian ibarat emas dapat kelihatan mana yang asli (murni) dan mana yang imitasi, mana pengikut nabi yang setia dan sejati, dan mana pengikut yang ingkar, mana yang benar-benar sanggup mendampingi nabi dan mana yang tidak,” pungkasnya. (abu)