Yogyakarta, Sriwijaya Media-Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Sumatera Selatan (IKPM Sumsel) Yogyakarta menggelar dialog publik dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-43 (22 Mei 1976-2019) tahun di Balai Sriwijaya, Yogyakarta, Rabu Malam (22/5).
Dialog publik ini mengambil tema “Optimalisasi Nilai-Nilai Kekeluargaan di Tanah Rantau” dihadiri semua perwakilan mahasiswa setiap kabupaten (komisariat) yang berada di bawah naungan IKPM Sumsel Yogyakarta. Hadir sebagai pembicara Erwin Hadinata, mantan Ketua Komisariat OKU Induk, Abulaka Archaida, mantan pengurus IKPM Sumsel periode 2012-2014, dan dimoderatori Alfis, perwakilan pengurus.
Abulaka Archaida (AA), pemateri pertama memaparkan bahwa IKPM Sumsel terlahir sebagai organisasi daerah yang menjadi tempat bagi putra maupun putri daerah Sumsel untuk berkreasi, sebagai media pembelajaran maupun media pengembangan diri haruslah memperhatikan nilai-nilai intelektual, sosial, budaya dan keagamaan.
Semua itu telah tercantum dalam Anggaran Dasar (AD) IKPM Sumsel Yogyakarta, tepatnya pasal 4 yaitu sifat dari IKPM Sumsel, Yogyakarta. Sebagaimana amanat dari AD itulah yang menjadikan arah perjuangan organisasi ini ke depannya.
“Mari kita gunakan kegiatan milad kali ini mencoba untuk mengingatkan dan merefleksikan kembali hal-hal apa saja yang sudah dilakukan maupun yang belum dilakukan. Tema yang diusung menjadi penguatan kembali semangat kita dalam berorganisasi di IKPM ini, serta menjadikan kita sebagai pemuda-pemudi yang nantinya diharapkan mampu untuk memberikan kontribusi dalam melakukan pembangunan daerah,” jelas Abulaka.
Abulaka mengilustrasikan IKPM Sumsel sebagai manusia jika umur 43 tahun sudah masuk usia dewasa. Usia dewasa seharusnya tidak lagi bicara lagi urusan internal, sudah waktunya berpikir apa yang bisa dilakukan untuk masyarakat Sumsel dalam bentuk kegiatan kongkret yang bisa memberikan banyak manfaat.
Oleh karena itu, tema yang diusung idealnya harus ada loncatan besar tidak melulu ngomongin internal, tapi memperbincangkan langkah beberapa tahun ke depan apa yang bisa dilakukan IKPM Sumsel.
“Belum lagi kita mengoreksi kelengkapan organisasi yang sampai saat ini kita belum ada lagu Mars, falsafah organisasi atau semacam manifesto keorganisasian yang mana semua pranata tersebut bisa membangkitkan semangat dan memahami semangat awal mengapa IKPM Sumsel didirikan. Banyak PR yang harus kita selesaikan, selain administrasi belum juga problem-problem yang terjadi di Sumsel, semua itu seharusnya juga kita respon menjadi isu bersama kemudian dicarikan solusi kongkritnya,” tegas Abulaka.
Pembicara lainnya, Erwin Hadinata, menjelaskan proses perjalanan yang dilalui memang tidak selalu berjalan sesuai skenario, namun dengan meminjam semangat Ki Hadjar Dewantara yakni “saling asah, saling asih, saling asuh”.
Akhirnya mengantarkan organisasi ini sampai di titik ini, sehingga teman-teman pelajar maupun mahasiswa daerah bersemangat dalam berproses, semangat dalam belajar dan saling bahu-membahu di dalam organisasi ini.
“Cinta adalah modal utama dalam segala hal, jika tidak ada cinta maka tidak ada pengorbanan. Oleh karena itu, kasih sayang harus menjadi landasan utama dalam berorganisasi. Bicara organisasi berarti kita sedang berada dalam dimensi kekeluargaan yang di dalamnya ada nilai kasih sayang. Maka di momentum refleksi HUT ini kita perlu mempertanyakan kembali apakah kekeluargaan kita sudah selesai. Meskipun kita sudah selesai, namun tetap perlu mengingatkan kembali betapa pentingnya modal awal kekeluargaan dalam menjalankan roda organisasi IKPM Sumsel,” ucap Erwin Hadinata
Lanjut Erwin, dengan menegaskan kembali bahwa organisasi harus punya gagasan besar dan mimpi bersama agar menjalankan program kerja dapat berjalan secara maksimal. Agar bisa merealisasikan gagasan besar itu, maka kita harus harus bersepekat bersama (menikah). Didalam kesepakatan tersebut, tentu harus dibumbui cinta sebagai modal awal menuju perjalanan menuju visi dan misi organisasi. Sesunggunya’ “jika di dalam kebersamaan tidak ada cinta, maka yang ada hanya penjajahan.”
“Sering kali akhir-akhir ini kita terjebak pada perebutan struktural saja sehingga menegasikan substansi dari organisasi, yaitu merealisasikan visi dan misi organisasi. Selanjutnya sebagai pengikat kesadaran berbuat, maka kita harus menanamkan rasa memiliki organisasi agar semua pengurus bisa melaksanakan program kerja sesuai bidangnya masing-masing,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua IKPM Sumsel Yogyakarta, Mario Mora menghimbau bahwa kegiatan ini adalah kegiatan bersama, memperkokoh dan memperkuat kembali nilai kekeluargaan dan perseduluran kawan-kawan Sumsel yang berada di Yogyakarta. Menguatkan kembali nilai-nilai kekeluargaan itu penting, apalagi di era globalisasi yang penuh akan kemajuan informasi dan lainnya.
“Namun perlu diingat bahwa pertemuan dan duduk bersama secara langsung akan memperkuat hubungan emosional kita semua dalam menjaga nilai kekeluargaan kita yang berada di tanah rantau. Sesungguhnya tujuan kita berorganisasi bukan hanya sebagai media belajar selain sekolah atau kampus, akan tetapi juga membuat suatu perencanaan yang besar bagi daerah maupun Negara,” jelas Mario
Terpisah, Raiza Rana V.R, Kepala Departemen PSDM IKPM Sumsel Yogyakarta, mengatakan bahwa Organisasi IKPM Sumsel Yogyakarta yang kini menembus usia 43 tiga tahun, merupakan perjalanan yang sangat panjang dan patut untuk diberikan apresiasi. Beberapa dinamika yang telah dilalui, naik serta turunnya semangat dalam mengawal organisasi ini pada akhirnya bisa terlewati hingga memasuki usia ke 43 tahun organisasi ini masih tetap kokoh. Motivasi serta dorongan dari para senior, sesepuh, alumni serta banyak pihak lainnya menjadikan hal tersebut sebagai nutrisi dalam menjaga semangat dan nalar dalam berorganisasi.
“Mengusung tema milad kali ini, yakni “Optimalisasi Nilai-Nilai Kekeluargaan di Tanah Rantau” menjadi suatu bahan refleksi maupun resolusi ke depan bahwasanya organisasi ini berdiri karena rasa kekeluargaan dan kecintaan terhadap daerah Sumatera Selatan yang memiliki persamaan nasib di tanah rantau,” terangnya.
Acara ini berlangsung dari sore hingga malam, dimulai dari berbuka puasa bersama, sholat berjamaah, diskusi serta dialog, pemotongan tumpeng sebagai simbolis memperingati milad, di akhir acara pembagian piala hadiah yang kegiatan tersebut jauh sebelum milad ini dilaksanakan yakni “IKPM Sumzel Cup”. Langsung ditutup dengan sesi foto bersama setelah pembacaan doa bersama. (eza)