Dilalui Kereta Batubara, Pemkab OKI Ingatkan PTBA Dampak Lingkungan

IMG_20190709_150115

Kayuagung, Sriwijaya Media- Perusahaan Tambang Bukit Asam (PTBA) berencana meningkatkan kapasitas angkut batubara dari 25 juta ton per tahun menjadi 35 juta ton per tahun dengan membangun jalur khusus batubara melalui moda kereta api.

Bacaan Lainnya

Jalur kereta sepanjang 38,35 km tersebut akan melintasi 3 Kabupaten dan 1 kota, yaitu Ogan Ilir (OI), Ogan Komering Ilir (OKI), Banyuasin dan Palembang.

Khusus wilayah OKI, panjang rel yang melintas, sepanjang 3,6 Km dengan lebar 50 M. Rel tersebut berada di Desa Pedu dan Desa Simpang Kecamatan Jejawi OKI, mulai dari STA 11 sampai dengan STA 15, rel singel track tersebut rencananya akan dilintasi oleh gerbong pengangkut batubara dengan volume berkisar 3.000 ton per hari.

Pembangunan jalur khusus batubara ini diperuntukan untuk mewujudkan Sumsel sebagai lumbung energi dengan menambah produksi hingga 60 juta ton pada 2022 mendatang dari semula hanya sekitar 25 juta ton per tahun.

“Tentunya, harus ada penambahan daya angkut agar dapat didistribusikan” tutur Pimpinan Proyek Pengembangan angkutan Batubara, Gedri pada rapat koordinasi pembangunan jalur khusus batubara di Pemkab OKI, Selasa, (9/7).

Gedri mengatakan, jalur kereta api ini cukup krusial di dalam penambahan produksi perusahaan. Pasalnya, kereta api merupakan satu-satunya angkutan yang bisa mengangkut batu bara dari lokasi tambang ke pelabuhan.

“Produksi ini harus in line dengan kemampuan kereta api. Distribusi harus diperkuat, apalagi kebutuhan batu bara untuk proyek 35 ribu megawatt (MW) juga diperkirakan cukup besar,” ujarnya.

Adapun proyek jalur kereta api khusus batubara ini ditarget selama tiga tahun, yaitu persiapan lahan dan perizinan pada 2019, tahap kontruksi di Januari 2020 hingga 2022. Sedangkan Januari 2023 jalur kereta sudah produksi.

Bupati OKI H Iskandar, SE melalui Sekretaris Daerah (Sekda), H Husin, S. Pd, MM menyambut baik rencana pengembangan jalur angkutan khusus batubara yang melintasi wilayah OKI. Pemkab OKI, kata dia, akan memberikan dukungan terhadap proyek untuk kepentingan nasional ini.

“Untuk kepentingan nasional, kami pemerintah daerah siap memfasilitasi baik dari segi administrasi maupun teknis jika sudah ada pelimpaham dari Gubernur,” kata Husin.

Sekda Husin menceritakan Kabupaten OKI banyak dilintasi proyek strategis nasional salah satunya jalan tol trans Sumatera. Koordinasi dan komunikasi antara pelaksana proyek dengan Pemkab maupun masyarakat sangat penting untuk keberlanjutan pembangunan.

“Koordinasi dan komunikasi penting dijalin untuk menanggulangi setiap permasalahan yang akan muncul sebagai dampak dari pembangunan,” terangnya.

Kepada PT BA, Sekda juga mengingatkan dampak lingkungan dari pembangun proyek angkutan batubara mengingat jalur kereta api batubara akan melintasi persawahan, perkebunan rakyat dan sungai.

“Harus benar-benar diperhatikan dampak lingkungan dari proyek ini baik amdalnya maupun dampak sosial yang akan muncul ketika pelaksanaan,” jelas Sekda.

Setali tiga uang, Kadis PU Tata Ruang Kabupaten OKI, Ir Hafidz, MM menambahkan karena jalur kereta membutuhkan penimbunan, perlu diatur tata air, aliran sungai agar tidak mengganggu sawah dan kebun masyarakat.

Hafidz juga mengingatkan perusahaan agar berkomitmen terhadap perbaikan jalan desa, jalan kabupaten maupun provinsi yang jadi akses aktivitas pembangunan proyek.

“Gejolak terjadi setelah bekerja, jadi harus benar benar matang dalam pengelolaan,” tungkasnya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten OKI, Ir Syarifuddin juga meminta agar dalam pembangunan track kereta api yang melewati persawahan agar diperbanyak saluran air agar tidak pengaruhi drainase di persawahan, serta arus keluar masuk air.

“Mengingat disana lahan produktif, harus diatur betul drainase dan arus air, jangan sampai terjadi gagal tanam atau gagal panen,” ucapnya.

Sementara itu, Kadin Lingkungan Hidup OKI, Alamsyah mengungkapkan dampak lingkungan tidak terjadi dalam 1 atau 2 tahun tapi jadi warisan bagi anak cucu.

“Kuncinya diamdal, agar kiranya dipilih konsultan lingkungan yang kenal betul kondisi lapangan topografis wilayah karena dampaknya nanti bukan 1-2 tahun, akan jadi warisan anak cucu kita,” beber Alamsyah.(abu)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *