Sriwijayamedia.com – Partai Demokrat sebagai partai yang pernah dua periode (2004-2014) mengantar Presiden RI Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya memutuskan mendukung Anies Baswedan sebagai bakal calon yang diusungnya.
Anies sebelumnya juga telah disokong Partai NasDem yang telah deklarasi akhir tahun lalu, tak lama setelah Anies Baswedan lengser dari jabatan Gubernur DKI Jakarta. Anies, kini masih menanti dukungan resmi dari PKS jika ingin mendapat tiket yang cukup untuk berlaga di pemilihan presiden 2024 mendatang.
“Kondisi riil politik, masih saling malu-malu, tetapi juga saling kunci,” ujar Koordinator Forum Diskusi Kebangkitan Indonesia (Forum DKI) Bandot DM, Selasa (31/1/2023).
Menurut dia, posisi Anies Baswedan tergolong rentan, sebab dia tidak terikat sebagai kader manapun. Meskipun hasil survey selalu bertahan dan popularisme di media relatif terjaga.
Anies belum memiliki solid aset untuk mengikat koalisi yang akan menyokongnya. Apalagi, PKS belum mengambil sikap. Sekalipun PKS akan mendukung Anies, namun, akan ada ganjalan bersama pada satu isu Cawapres.
Sebagai satu-satunya bakal calon presiden yang telah melakukan safari secara nasional, Anies diuntungkan dengan popularitas sepanjang kunjungan.
“Tampaknya, per hari ini, tiga partai yang akan berkoalisi mendukung Anies belum menemukan bacapres yang sekaliber Anies. Setidaknya di internal partai mereka,” terangnya.
Selama dia bisa menjaga tensi pertemuan dengan konstituen, masih kata dia, tentunya ghirah pendukung akan berkecenderungan naik.
“Ini merupakan bargain positioning bagi Anies, sekaligus satu satunya kekuatan saat ini,” imbuh Bandot.
Namun, tanpa agenda dan tawaran politik yang kongkrit ke publik, maka safari politik yang dilakukan Anies pada akhirnya tak lebih jumpa fans. Jika ini yang terjadi, tentunya akan terjadi kelelahan politik (political fatigue) yang berujung pada kejumudan.
Di samping itu, Anies juga masih terimbas pada dugaan korupsi Formula E yang tengah ditangani oleh KPK. Meskipun belum ada pernyataan resmi KPK yang mengkaitkan kasus itu dengan Anies, namun penanganan kasus ini terus dimonitor oleh pendukungnya. Penanganan kasus korupsi oleh KPK selalu menjadi bagian sensitif dalam politik RI.
Kejumudan atau kemandegan bakal dialami Anies, jika parpol pendukung tak kunjung merumuskan sikap dan agenda politik. Sementara, Anies tidak bisa berinisiatif, karena perannya sebagai anak kos di partai pengusungnya.
“Ini akan menjadi saling kunci antara partai pendukung, tentunya akan melemahkan posisi Bacapres. Sebab, sebagai partai yang memiliki kursi, mereka bisa dengan leluasa memilih siapa saja menjadi Capres di garis akhir pendaftaran,” jelasnya.
Sejauh ini, belum ada komitmen yang jelas antara parpol dengan Anies.
“Kalau last minute partai-partai ini lompat pagar, Anies bisa apa?,” tanya Bandot.(Irawan)