Palembang, Sriwijaya Media – Tampak sekali berbeda dari bulan Suci Ramadhan pada tahun sebelumnya, dimana pada tahun sebelumnya sudah banyak yang melakukan reservasi atau booking tempat baik direstauran atau dihotel untuk melaksanakan buka bersama baik bersama teman, keluarga, perusahaan, ataupun dari pemerintahan.
“Untuk ditahun ini tidak ada namanya buka bersama di hotel, ” ujar Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) Sumsel Herlan Aspiudin saat ditemui di Palembang, Minggu (26/4/2020).
Dikatakan Herlan Aspiudin, kalau bicara di dalam bidang perhotelan setiap bulan puasa itu terjadi penurunan setiap tahun itu pasti mengalaminya bisa diangka 50 persen. Tapi ditahun ini bisa turun hingga 90 persen, karena adanya wabah virus disease (covid-19) atau virus Corona sangat berdampak pada industri perhotelan.
Makanya saat ini sudah ada ribuan karyawan yang dirumahkan karena ketidak mampuan dari managemen perhotelan untuk membayar.
“Walaupun hotel tetap operasional, akan tetapi tidak bisa menutupi untuk operasionalnya dibandingkan dengan pemasukannya. Maka sampai akhir bulan ini diperkirakan akan banyak melakukan penutupan sementara,” ungkapnya.
Kemudian, sangat berbeda tahun kemarin dengan tahun lalu dengan tahun ini. Kalau tahun lalu, mereka hotel-hotel masih bisa hidup dengan menjual daripada paket berbuka bersama. Tapi pada saat ini, paket itu tidak bisa dilakukan dihotel, sehingga tidak ada jalan untuk mensiasati okupansi untuk pendapatan dibulan puasa, sehingga memang pada saat ini kawan-kawan diindustri sangat terpukul sekali.
Lanjutnya, sekarang memang banyak melakukan program pesan makan dihotel, tapi sistem beli dan diantar atau bisa diambil langsung, tapi pihak hotel tidak menyediakan untuk maka ditempat.
Sistemnya membawa makanan dari hotel ke rumah masing-masing, tapi saya melihat perkembangan dilapangan, tidak begitu signifikan, kenapa saya bilang begitu, orang juga saat ini malas untuk keluar dari rumah, lebih nikmat tinggal dirumah dalam pada kondisi saat ini, tidak terlalu signifikan untuk menunjang pendapatan mereka.
“Pada ramadhan tahun semuanya mengalami tiarap baik hotel atau restauran,” tegasnya.
Sepertinya dalam kondisi saat ini tidak bisa dilakukan langkah yang nyata, kecuali melakukan efisiensi dengan menutup sementara, karena biaya operasional itu terlalu besar kalau dipaksakan terus beroperasional, dibandingkan pemasukan yang tidak seimbang.
“Bayangkan biaya untuk energi saja bisa ratusan juta, pemasukan tidak sampai segitu, jadi pertimbangan lebih bagus untuk tutup sementara,” pungkasnya.(ton)