Subulussalam, Sriwijaya Media-Pelbagai sektor usaha di Indonesia terkena dampak pandemi Covid-19. Termasuk orang perseorangan.
Tak terkecuali bagi Tambo (35), tukang becak motor (bentor) asal Desa Lae Oram Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam, Provinsi Aceh. Bo, sapaan akrabnya ini mewakili sekian banyak penduduk lainnya terdampak secara langsung pandemi Covid-19.
Dimasa pandemi Covid-19 ini, suami dari Nur Baiyah (34) ini dihadapkan dengan sebuah dilematis kehidupan. Disatu sisi harus menghidupi satu istri dan empat orang anak, namun disisi lain terbenturnya dengan sebuah kebijakan pemerintah yang mengharuskan warganya untuk tetap berada dirumah.
“Jika tinggal dirumah, anak-anak mau makan apa. Sementara ketika keluar rumah adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Jadi serba salah,” lirih Bo menceritakan awal-awal adanya PSBB di Kota Subulussalam, Kamis (24/12/2020).
Bo mengaku kalau dirinya sudah 10 tahun lebih berkecimpung menjadi sopir bentor. Hanya mengandalkan tenaga mesin Honda Revo Fit 2014 inilah dirinya mengais rezeki menghidupi keluarga.
Tak ada opsi lain selain berpacu pada kendaraan roda tiga ini. Saban hari, usai salat subuh dan sebelum menarik bentor, dirinya senantiasa membersihkan bentornya agar terlihat bersih. Tepatnya sekitar pukul 06.00Wib, Makmur berkeliling Kota Subulussalam mencari penumpang. Tak dapat diprediksi, kapan ada penumpang.
“Untuk lahan pertanian tidak ada. Apalagi mendapat Bantuan Tunai Langsung (BLT), bantuan sosial (bansos) dan bantuan lainnya dari pemerintah, hanya bentor inilah sebagai magnet mengais rezeki mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga,” tutur Bo sambil mengenakan maskernya.
Bo hanya terus dan terus berusaha dan berdoa agar mendapatkan penumpang. Acapkali, hingga jelang salat Dzuhur, penumpang dapat dihitung dengan jari.
Pendapatannya selama pandemi pun bisa dikatakan sangat berkurang. Lantaran minimnya orang keluar rumah. Jika dibandingkan dengan kondisi sebelum Covid-19, pendapatan selama pandemi ini turun drastis.
Kendatipun hasil yang diperoleh tiap hari tak maksimal, namun ia tetap yakin dan bersabar kalau rezeki iyu semua datangnya dari sang Khalik.
“Dalam sehari, pendapatan dari narik bentor tak menentu. Terkadang dapat Rp40.000, kadang Rp70.000. Tergantung banyaknya penumpang,” ucap ayah yang dikaruniai 4 anak ini, meliputi Suryadi, Sakdiah, Jarkasi, dan Tunyah.
Belum lagi biaya perawatan bentor perlu diperhatikan, seperti pergantian ban, oli, gear, pak rem dan lainnya.
Untuk menyiasati kondisi serba kekurangan itu, Bo berunding dengan sang istri. Keduanya akhirnya sepakat membuka warung jualan jajanan anak-anak dirumah.
Hanya bermodalkan tabungan Rp2juta, sang istri memulai jualan jajanan atau makanan anak-anak awal Juli 2020 lalu, seperti makanan ringan, gorengan dan minuman gelas.
Dalam sehari, sang istri Nur Baiyah mampu mendapat penghasilan dari jualan Rp60.000-Rp80.000. Itu belum dipotong dengan modal yang dikeluarkan.
“Alhamdulillah, pendapatan yang diterima istri sedikit membantu keluarga kami. Minimal memenuhi kebutuhan makan sehari-hari,” ucap Bo seraya menambahkan anak pertama saat ini duduk dibangku SMP kelas 2 dan anak kedua duduk di SD kelas 5.
Mewakili rakyat lain, Bo hanya berharap pandemi Covid-19 cepat berlalu dan aktivitas kembali sedia kala.(mha)