BNPT Angkat Novel ‘Si Doel Anak Jakarta’ Versi Original Jadi Webseries

IMG-20210223-WA0031

Jakarta, Sriwijaya Media- Novel Si Doel Anak Jakarta versi original yang ditulis oleh Aman Datuk Madjoindo diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1932 akan dijadikan webseries oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Pesan webseries tersebut lebih menitikberatkan pada kesalehan, jiwa sosial, dan toleransi anak-anak Betawi.

Sehubungan dengan hal tersebut, BNPT melakukan conferensi pers bertema “Pentingnya Pendidikan Toleransi Melalui Sastra Klasik dalam Media Milenial ‘Si Doel Anak Jakarta’ karya Aman Datuk Madjoindo”, di Gedung Balai Pustaka, Jalan Bunga No 8 – 8A, Matraman, Jakarta, dan disiarkan secara langsung melalui aplikasi zoom, Senin (22/2/2021).

Bacaan Lainnya

Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan jika karya asli dari kakeknya ini diangkat menjadi sebuah webseries tentu harus berdasarkan pada semangat pembangunan nasionalisme yang salah satunya menghibur dan memberikan sumbangan pemikiran.

“Tentu, tadi sudah terangkat ada kaitan dalam membangun akhlak, semangat toleransi, nasionalisme, ini harus dapat menjadi perhatian yang bisa dilakukan,” kata Boy Rafli.

Boy Rafli menambahkan BNPT mendukung penuh dalam rangka membentengi nilai-nilai intoleransi yang tidak sejalan dengan budaya bangsa.

Oleh karena itu, pihaknya berharap karya dari mendiang kakeknya ini bisa menjadi dorongan semangat toleransi.

“Karakter Si Doel Anak Jakarta yang bertoleransi, belajar agama, agar memiliki akhlak baik, dan meraih masa depan baik. Jadi itu pesan yang ingin kita sampaikan ke publik,” terang Boy Rafli.

Sementara itu, Direktur Utama PT Balai Pustaka Achmad Fachrodji menyampaikan Aman Datuk Madjoindo merupakan penulis novel Si Doel Anak Jakarta dan merupakan sastrawan legendaris Indonesia yang melawan penjajah melalui tulisan.

Beliau memulai karir kepenulisannya pada tahun 1920. Walaupun banyak novel dari karya para sastrawan lainnya yang tidak diizinkan terbit pada saat itu, tapi novel-novel beliau lulus dari sensor kolonial Belanda, karena mengangkat genre kanak-kanak, genre yang tidak begitu jadi perhatian bagi kolonial Belanda.

“Aman Datuk Madjoindo adalah sosok yang sangat mencintai Indonesia. Meskipun penerbit di Malaysia pada saat itu sangat tergiur untuk menerbitkan buku-buku yang beliau tulis, dengan menawarkan imbalan yang cukup besar, tapi beliau tidak mau. Aman Datuk Madjoindo lebih memilih Balai Pustaka, penerbit dari Tanahairnya sendiri. Untuk casting webseries Si Doel Anak Jakarta baiknya dilakukan di Balai Pustaka,” papar Achmad Fachrodji.

Terpisah, Producer webseries Si Doel Anak Jakarta Aditya Yusma Perdana mengatakan sudah sewajarnya karya sastra klasik dari Aman Datuk Madjoindo tersebut kembali dilestarikan.

Sebab, banyak hal positif yang bisa dipetik dari karya Si Doel Anak Jakarta di tengah ingar bingar informasi di era digital saat ini.

“Karya-karya beliau itu menjadi tamu kehormatan di mancanegara, pun juga sudah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kita melihat banyak karya-karya beliau yang difilmkan di sinetron, menjadi literasi-literasi di beberapa universitas dan lain-lain,” terang Aditya Yusma Perdana.

Aditya menambahkan Si Doel Anak Jakarta ini merupakan salah satu contoh kasus transformasi untuk melepaskan stereotip lama yang melekat pada masyarakat Betawi.

Salah satu contoh stereotip anak Betawi pada zaman saat itu adalah tidak mampu secara pendidikan dan tidak mampu secara ekonomi.

“Si Doel Anak Jakarta ini mampu merubah stigma itu, justru karena kepandaian dalam mengaji, kepandaian dalam berakhlak, kesalehan sosial tadi menjadikan seorang anak tersebut sukses dalam hidupnya, sukses dalam karirnya, dan sukses dalam cintanya,” jelas Aditya Yusman Perdana.

Aditya berharap inisiasi dari para ahli waris dan didukung penuh BNPT dengan Balai Pustaka, semoga Si Doel Anak Jakarta ini mampu menjadi webseries atau film kanak-kanak di tahun 2022 yang berkualitas dan dapat menjadi tontonan dan tuntunan.

“Tontonan yang pasti menghibur, tuntunan itu mungkin bisa memberikan edukasi, bagaimana toleransi dan budaya mencegah tumbuhnya bibit-bibit kekerasan yang bisa masuk kepada terorisme dan sebagainya,” pungkas Aditya.

Seusai conferensi pers, Achmad Fachrodji mengajak para peserta konferensi untuk melihat koleksi karya Aman Datuk Madjoindo di Lantai 3 Gedung PT Balai Pustaka.(mfad)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *