Banyuasin, Sriwijaya Media – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuasin bekerjasama dengan Dinas Peternakan dan akademisi pertanian asal Universitas Sriwijaya (UNSRI), serta komunitas ISC mendorong petani berinovasi membuat pakan olahan dengan memanfaatkan pelepah sawit, tepung ikan, jerami padi dan batang jagung. Hasilnya, 6 bulan ternak sapi sudah bisa dijual ke masyarakat.
“Ini inovasi baru yang dikelola oleh lembaga petani untuk menambah hasil ekonomi petani hewan, baik sapi, kambing, dan ikan,” kata Wabup Banyuasin H Slamet Somosentono, SH..
Dengan adanya inovasi ini yakni mengubah limbah tepung ikan dan sisa limbah sawit menjadi pakan ternak, kata Wabup, dapat mewujudkan program Bupati Banyuasin yakni 1 KK 1 sapi.
Apalagi tepung ikan di Kecamatan Sungsang, Kecamatan Muara Sugihan dan daerah lainnya banyak yang terbuang sia-sia. Ada baiknya limbah itu dijemur, digiling untuk menjadi campuran pakan ternak.
Sementara itu, pembimbing komunitas ISC Drs Deni Sukman A, M.Si., didampingi peternak sapi Dedek Ruganda menambahkan dengan diberikan pakan berprotein tinggi, sapi dalam 6 bulan memiliki bobot berat maksimal dan layak dijual.
“Jadi peternak tidak perlu lama ternak sapi. Cukup 6 bulan sapi sudah siap dijual. Karena dengan diberi pakan pelet ini, sapi dalam waktu sehari bisa menambah bobot badan 1 kilogram dengan pakan sebanyak 15 kilo,” ucap Deni.
Saat ini, peternak sapi bisa mengeluarkan biaya pakan hingga Rp 8 juta per bulan. Namun, dengan adanya program ini, peternak cukup mengeluarkan biaya pakan sekitar Rp 1 juta per bulan dan selama 6 bulan sapi dapat dijual dan tak perlu menunggu bertahun- tahun.
Agar sapi tetap sehat, jangan di liarkan dan ditempatkan dikandang. Jika sapi tak diliarkan, maka kesehatan sapi bisa terjaga dan berat badan sapi pun meningkat. (indra)