Plt Dirjen KSDAE KLHK: Mitigasi Konflik Gajah dan Manusia dengan Teknologi GPS Collar

Plt Dirjen KSDAE Bambang Hendroyono menanam pohon ramin, di SM Padang Sugihan, Minggu (19/3/2023)/sriwijayamedia.com-jay

Sriwijayamedia.com – Sekretaris Jenderal (Sekjen) sekaligus Plt Direktur Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Bambang Hendroyono berkunjung ke salah satu site kerjasama di Suaka Margasatwa (SM) Padang Sugihan, Minggu (19/3/2023).

Kerja sama antara Balai KSDA Sumsel dengan PT OKI Pulp & Paper Mills tertuang dalam perjanjian Nomor PKS.1150/K.12/TU/REN/7/2020 dan Nomor 09/CAD-OKI/EM/07/2020 tentang penguatan fungsi berupa dukungan pemulihan ekosistem dan penanggulangan kebakaran di SM Padang Sugihan, Provinsi Sumsel.

Kunjungan tersebut bertujuan untuk melihat progres kerja sama dan kesiapsiagaan penanggulangan potensi kebakaran.

Pada kunjungan tersebut dilakukan juga serah terima 1 (unit) GPS Collar untuk gajah Sumatera liar dari APP Sinar Mas kepada BKSDA Sumsel.

Penyerahan GPS Collar merupakan bagian dari kerjasama, antara Balai KSDA Sumsel dengan PT OKI Pulp & Paper Mills yang tertuang dalam perjanjian Nomor PKS.2844/K.12/TU/REN/12/2022 dan Nomor 74/SSE-JKT/APP/PKS/12/2022 tentang penguatan fungsi kawasan SM Padang Sugihan dan sekitarnya melalui dukungan perlindungan dan pengamanan kawasan konservasi keanekaragaman hayati serta pemulihan ekosistem.

Kegiatan ini melengkapi kalung GPS yang sudah dipasangkan pada dua kelompok gajah di kantong habitat Air Sugihan pada Mei 2022 lalu.

Kunjungan ini juga memastikan keberadaan petugas dilapangan melalui pelaksanaan RBM di Balai KSDA Sumsel terus berjalan dan ditingkatkan teknologi dan inovasi dalam kelola kawasan dan biodiversity, khususnya dalam penanganan gajah liar dan pencegahan terjadinya kebakaran lahan gambut yang berulang di SM Padang Sugihan.

Selain menyaksikan serah terima GPS Collar, Plt Dirjen KSDAE Bambang Hendroyono juga menanam pohon serta melepasliarkan satu individu satwa baning cokelat (Manouria emys) dan tiga individu satwa buaya muara (Crocodylus porosus).

Keempat individu satwa dilindungi tersebut berasal dari hasil evakuasi/serahan masyarakat ke BKSDA Sumsel dan telah melalui proses rehabilitasi dan pemeriksaan kesehatan.

“Mitigasi konflik manusia dan gajah ini penting sekali dilakukan dengan penggunaan teknologi GPS Collar guna pemantauan populasi gajah Sumatera pada berbagai kelompok lebih akurat. Kedepan, konflik gajah dan manusia harus bisa dikelola dengan baik dan berkurang signifikan,” ujar Bambang.

Bambang Hendroyono juga menjelaskan bahwa progres kerja normalisasi sungai Tampin-Tambatan (21,50 km) dan sungai Cakur-Tambatan (23,30 km) di kawasan SM Padang Sugihan telah memberikan kemanfaatan hidrologis bagi ekosistem air dan ekosistem terestrial lain di sekitarnya.

Serta mendukung upaya konservasi spesies serta kestabilan ekosistem gambut. Ini merupakan salah satu best practices kelola lansekap, sekaligus solusi dari lapangan/tapak. Tentu upaya ini membutuhkan dukungan pemerintah daerah, swasta, akademisi, masyarakat, dan media.

Sementara itu, Chief Sustainability Officer Elim Sritaba menyampaikan bahwa kedepannya, APP Sinar Mas akan terus mendukung pemasangan GPS Collar untuk kelompok gajah lain di wilayah tersebut.

Pemasangan GPS Collar yang sudah dilakukan pada dua kelompok gajah liar yang berbeda ini untuk mitigasi konflik antara manusia dan satwa gajah terutama masyarakat disekitar yang terdampak, serta pemantauan pergerakan satwa dilindungi tersebut secara real time untuk memastikan keamanannya.

Disamping itu, APP Sinar Mas juga akan memberikan dukungan kepada BKSDA Sumsel dalam program pembentukan Desa Mandiri Konflik di wilayah penyangga SM Padang Sugihan.

“Pemasangan GPS Collar terhadap satwa yang dilindungi menjadi teknologi baru yang digunakan di seluruh dunia. GPS Collar yang dipasangkan pada gajah, baterainya didesain bertahan hingga 3 tahun,” tuturnya.

GPS Collar sebelumnya dipasangkan pada Meilani (40) dan Meisi (30) yang merupakan gajah betina dominan di kelompoknya. Pemasangan GPS Collar ini selain dilakukan pada pimpinan gajah di kelompoknya juga disyaratkan gajah betina sudah berusia di atas 25 tahun dan sedang tidak dalam kondisi hamil.

“Upaya ini merupakan bagian dari kegiatan mitigasi penanggulangan human-wildlife conflict,” jelasnya.

Pada kunjungan kerja tersebut, turut hadir pula Plt Kepala BP2SDM, Direktur Pengelolaan Kawasan Konservasi, Kepala Biro Humas KLHK, APP Sinar Mas, Kepala BKSDA Sumsel, Kepala UPT KLHK lingkup Sumsel, Komda APHI Sumsel dan Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel.(jay)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *