Pascasarjana Unsri Gelar Seminar Nasional Peringati Hari Air Sedunia

IMG-20210427-WA0053

Palembang, Sriwijaya Media- Program Pascasarjana (S2) Universitas Sriwijaya (Unsri) kembali melangsungkan seminar nasional dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret lalu.

Dengan mengangkat tema “Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Dikawasan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Untuk Mengembalikan Fungsi Lingkungan serta meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat” dan secara global peringatan Hari Air Sedunia Tahun 2021 bertema “Valuing Water”.

Direktur Pascasarjana Unsri Palembang Prof Dr Ir Amin Rejo, MP., menuturkan peringatan Hari Air Dunia (HAD) dapat terlaksana dengan baik meskipun ditengah ancaman pandemi Covid-19.

Kegiatan seminar nasional HAD yang jatuh setiap 22 Maret lalu, kata dia, dianggap sudah menjadi agenda rutin, dan sebagai momentum untuk merefresh serta merenungkan akan arti pentingnya air sebagai sumber kehidupan.

“Air salah satu unsur terbesar di muka bumi, tak kurang 70% bagian permukaan bumi ditutupi oleh air sebagai pendukung eksistensi kehidupan makhluk hidup. Komitmen pada 22 Maret 1995 silam menjadi tonggak sejarah perayaan besar (World Water Day) untuk merefleksi akan pentingnya air bagi kehidupan,” tuturnya.

Amin Rejo menyampaikan, kendati air adalah penopang bagi kehidupan seluruh mahluk di muka bumi, maka sejatinya harus berkesinambungan dalam berbagai langkah agar ketersediaan air dapat terjamin.

Karena sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk selalu menjaga dan melestarikannya.

“Diperlukan usaha-usaha pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air yang baik dan handal. Tentu tidak bisa sendiri, harus melibatkan berbagai elemen mari samakan persepsi berbagi pemikiran, kebijakan, sikap dan tindakan serta komitmen untuk mewujudkan lingkungan hidup yang memadai bagi generasi sekarang dan yang akan datang,” jelasnya.

Sementara itu, Prof Datin Ir Dr Lariyah Mohd Sidek dari Institute of Infrastructure & Department of Civil Engineering Universitas Tenaga Nasional Malaysia menampilkan beberapa kondisi-kondisi terdahulu hingga terkini bangunan-bangunan dam sejumlah negara, termasuk kaitannya dengan isu pentingnya manajemen jaminan keamanan infrastruktur.

“Infrastruktur yang tangguh menurut hemat saya adalah dengan teknologi yang tak hanya mempertimbangkan keunikan desain bangunan saja namun kondisi air yang saat ini terus menerus terdegradasi kuantitas maupun kualitasnya,” papar CO President Mycloud.

Selain menampilkan infrastruktur dan perubahan iklim yang berada di Malaysia, serta negara-negara lain, seperti USA, Brazil, Laos dan Taiwan, perlu juga bagaimana peran capacity building, riset dan pengembangan dalam mempercepat sekaligus meminimalisir dampak dari penuaan infrastruktur air, khususnya bangunan dam yang harus menjadi catatan penting untuk diaplikasikan.

“Di Malaysia misalnya, pendekatan secara tradisional (Deterministic-good practices) hingga pendekatan yang muncul seperti RIDM, PFMA dan Life Cycle Risk Assessment sudah diterapkan atas dukungan penuh dari pemerintah (Political will & Financial Support) serta consensus masyarakat,” ucapnya.

Kegiatan seminar ini diikuti 257 peserta dan 41 orang pemakalah berasal dari peneliti, dosen, mahasiswa pasca sarjana dari 23 provinsi di Indonesia, instansi pemerintah, swasta, perusahaan, konsultan, LSM dan penggiat sosial.

Seminar ini dilaksanakan secara virtual Zoom dibuka oleh Wakil Rektor 1 Bidang Akademik Prof Ir Zainuddin Nawani, Ph.D., dengan pembicara utama (Keynote Speaker) yakni Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr Aloe Dohong, SH., MM., maupun Prof Fachrurrozie Sjarkowie, M.Sc., Phd., dari Fakultas Pertanian dan Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Sumsel Dr H Akhmad Najib, SH., M.Hum.

Dalam sambutannya, Aloe memaparkan beberapa poin penting dalam hal menjaga dan melindungi bentang alam melalui berbagai intervensi diantaranya rehabilitasi hutan dan pemeliharaan Daerah Aliran Sungai (DAS).

“Faktor atau kondisi tertentu dapat mudah memunculkan terjadi bencana hidrologis yang berkaitan dengan air, iklim dan cuaca. Hal penting yang perlu diperhatikan agar pengelolaan air di hulu dan hilir tetap berjalan,” tuturnya.

Masih katanya, dalam pengelolaannya tidak boleh mengabaikan unsur bentang alam dari segi pembangunan dan tata ruang dalam praktek penerapan kaidah dalam pengendapan air, maka pengelolaan air ini akan secara sinergis hubungan hulu hilir antara penghasil dan penggunaan .

“Dengan mempertahankan ekosistem bentang alam, salah satunya berbagai intervensi seperti rehabilitasi hutan, melindungi dibagian hulu DAS, area danau, bendungan serta DAM-DAM besar. Termasuk menjaga wilayah rentan longsor dan banjir,” jelasnya.(jay)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *