Oleh :
Andi Khiyarullah, Koordinator Media BEM Seluruh Indonesia (SI) 2020
Patut diacungi jempol Kota Makassar dengan kepemimpinan Dany Pomanto setelah mendapat instruksi langsung dari Mendagri menetapkan Kota Makassar masuk wilayah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 2.
Makassar turun setelah sebelumnya menerapkan PPKM level 4. Karena jumlah pasien yang terpapar Covid-19 setiap hari terus mengalami penurunan secara drastis.
Berikut juga dengan ketegasan yang dimiliki oleh Dany Pomanto yang memang semua masyarakat tahu bagaimana koordinasi beliau dengan para camat, lurah hingga RT. Bahkan seluruh masyarakat melihat kegigihan beliau menyelesaikan satu demi satu kasus melalui program-program yang diluncurkan, termasuk juga inovasi program Makassar Recover.
Data dilansir dari Dinas Kesehatan (Dinkes), Satgas Covid-19 melalui situs infocorona.makassar.go.id hingga 10 Oktober 2021, secara akumulasi tercatat angka kesembuhan mencapai 47.239 orang, dari jumlah terkonfirmasi positif 47.875 orang pasien, serta meninggal dunia 1.006 orang. Sangat jauh jika dibandingkan dengan capaian kota besar lainnya.
Sehubungan dengan beredarnya video di media sosial menggambarkan sosok Walikota Makassar Dany Pomanto yang berjoget Terajana, tampak suasana malam hari di kediamannya, dimana Danny Pomanto dan sejumlah orang berdiri. Sebagian orang lainnya kemudian berjoget diiringi lagu terajana.
Video aksi joget Terajana itu juga memperlihatkan sejumlah orang lainnya dengan sajian makan dan minum di atas meja. Juga terekam sebuah panggung asal lagu terajana itu mengalun.
Walaupun Danny telah menjelaskan duduk perkara video itu.
“Kejadian dalam video tadi malam,” ujar Danny, Sabtu (9/10/2021) malam.
Akan tetapi sangat disayangkan sebagai Walikota Makassar yang merupakan cerminan masyarakat Kota Makassar yang seharusnya memberikan contoh yang lebih baik kepada masyarakatnya.
Saya tidak menyalahkan atas kejadian tersebut karena seorang pemimpin juga bukan Superman yang tidak memiliki kekurangan. Sebaiknya hal ini dijadikan pelajaran bahwa semua mata melihat anda karena anda adalah pemimpin dan saya berharap untuk tidak terulang lagi untuk kedua kalinya.
“Look out the window and give credit to those responsible for positive outcomes and Look in the mirror and take ownership of negative outcomes” model kepemimpinan sederhana The Window and the Mirror Leadership Model.
Disamping acara penjamuan tamu yang terlanjur menimbulkan paradigma negatif di masyarakat Kota Makassar. Walikota Makassar seharusnya juga memikirkan bagaimana sebaiknya pengentasan kemiskinan yang ada di Kota Makassar setelah Covid-19.
Bukankah jumlah kasus kemiskinan di Makassar sendiri mengalami peningkatan hingga 7 persen dari jumlah sebelumnya, sekitar 4,4 persen. Artinya ada peningkatan 3 persen dari sebelumnya.
Secara rinci Kepala Dinsos Kota Makassar pernah menguraikan, selama masa pandemi Covid-19 angka kemiskinan di Makassar mencapai 154.632 keluarga.
Berdasarkan data terpadu kesejahteraan sosial, terdapat 82.326 rumah tangga sebelum adanya pandemi Covid-19. Hal itu berarti terjadi penambahan sekitar 72.306 keluarga miskin di Makassar di Bisnis.com dengan judul “Kemiskinan di Makassar Meningkat Signifikan”.
Pertanyaannya sudah sejauh mana progresnya untuk itu?. Jujur bukan menyalahkan akan tetapi bukan hanya saya yang miris, mereka juga menyaksikan hal itu.
Demikian tugas sosial kita semua sebagai masyarakat adalah menjalani protokol kesehatan secara ketat. Bukan hanya untuk kita semata tapi kita juga harus mengedukasi orang-orang di sekeliling kita agar bersedia menjalankan protokol kesehatan dengan penuh kesadaran bukan karena paksaan atau takut kena sanksi petugas.
Pandemi Covid-19 ini tidak akan tuntas selesai kalau kita masyarakat tidak ikut berpartisipasi secara aktif. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah kota Makassar semata tapi juga tugas sosial dan peran sebagai masyarakat.