Sriwijayamedia.com – Jelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ormas Mega Bintang (MB) ke-26 di Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng) pada 11 Juni 2023 nanti, ormas lintas agama dan budaya Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) keberatan dengan rencana tersebut. Alasannya karena acara itu akan dihadiri tokoh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ahmad Khozinuddin.
Ketua Umum (Ketum) PNIB AR Waluyo Wasis Nugroho mengatakan peringatan HUT ke- 26 MB yang akan di gelar di Kota Surakarta sudah masuk angin. Hal ini karena adanya keikutsertaan tokoh HTI Ahmad Khozinuddin.
Menurut dia, tema “Rakyat Bertanya, Kapan People Power?” memiliki narasi provokasi kepada masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah Jateng untuk diarahkan mengakhiri kepemimpinan Presiden Jokowi di tengah jalan dan atau memprovokasi masyarakat untuk menolak segala bentuk hasil Pilpres apabila pasangan yang didukung mereka kalah dalam penghitungan suara.
Ajakan people power sangat tidak relevan digunakan di saat pemerintah sedang bekerja keras untuk memajukan ekonomi negara Indonesia. Seharusnya menciptakan materi diskusi yang bersifat konstruktif untuk membangun negara ini bukan malah bersifat provokatif yang cenderung mengarah pada kerusakan.
Kegiatan seperti ini, kata Gus Wal, merupakan bibit-bibit hama perusak jalannya demokrasi damai terutama dalam Pemilu serentak 2024.
“Untuk itu, kami tegas mendorong dan mendesak Polda Jateng, khususnya Polresta Surakarta untuk tidak memberikan kesempatan kelompok ini melaksanakan kegiatannya yang dibungkus dalam agenda perayaan HUT Mega Bintang,’ ujar Gus Wal, sapaan akrabnya, dalam wawancara bersama sriwijayamedia.com, Jum’at (9/6/2023).
PNIB tetap berkomitmen tidak akan pernah berhenti melakukan perlawanan dan tidak memberikan toleransi kepada tokoh HTI dan kelompok yang terafiliasi didalamnya yang berupaya mengganggu jalannya Pemilu serentak 2024.
Selain itu, PNIB juga meminta masyarakat Surakarta untuk tidak diam dan terus melakukan perlawanan kepada pihak yang ingin menjatuhkan kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Gus Wal juga menenggarai kegiatan HUT ke- 26 Mega Bintang jelas ada tunggang- tunggangan dan seruan makar didalamnya.
Karena itulah pihaknya meminta para penegak hukum, terutama Polda Jateng dan Polrestabes Kota Surakarta untuk tegas menolak dan mengupas acara tersebut.
“Dengan banyak kabar beredar melalui pamflet tentang seruan itu, ditambah lagi adanya assessment dari Ahmad Khozinuddin, saya khawatirkan benar-benar menjadi ajang show of pose benang merah HTI dan ormas-ormas lainnya untuk ikut melebur disitu dan melakukan tindakan makar tersebut. Jadi segenap aparat penegak hukum polri dan TNI untuk tegas menindak hal tersebut. Indikasi HTI jelas sudah saya yakini karena sudah banyak beredar pamflet-pamflet dari HTI sendiri yang memuat tentang seruan tersebut. Dan kita tahu bahwa Ahmad Khozinuddin merupakan bagian dari seruan tersebut yang mengajak masyarakat untuk berduyun-duyun ikut ke acara HUT Mega Bintang ke-26 itu”, jelas Gus Wal.
Terkait keberadaan ormas MB, masih kata Gus Wal, sebenarnya sekarang ini ormas tersebut sudah tidak ada, dalam artian kalaupun itu merujuk pada ajaran masa lalu.
MB merupakan gabungan dari massa PDIP pro Mega dan PPP, umat Islam bersatu ketika ingin mendukung reformasi waktu itu.
Namun hegemoni MB sekarang itu sudah salah kaprah. Oleh sebab itulah, seharusnya TNI-Polri dapat bersikap tegas karena acara itu dengan jelas menyerukan people power (seruan makar), maka panitia pelaksana (panpel) atau korlapnya dari jauh-jauh hari sudah harus dipanggil untuk dimintai keterangan.
Mengenai adanya indikasi kearah tindakan makar, maka harus diberi tindakan tegas sesuai undang-undang yang berlaku.
“Kalau aktivitas MB sejauh ini belum jelas apakah menginginkan makar atau tidak, tapi kalau HTI sudah jelas dimana-mana selalu mengibarkan bendera khilafahnya lalu mengatasnamakan jihad untuk menegakan khilafahnya di Indonesia. Ini yang kadang kala kurang tegas dari pemerintah, terlalu baik kepada mereka,” papar Gus wal.
Dia mengaku hal yang menjadi keberatan PNIB adalah kehadiran Ahmad Khozinuddin dalam acara itu. Kalaupun ternyata Ahmad Khozinuddin tidak hadir dalam acara tersebut, tetapi seruan dalam acara masih seputar people power sehingga wajib ditolak dan dibubarkan karena sudah mengancam integritas bangsa.
“Ini sangat membahayakan NKRI sendiri, rakyat terancam. People power apa yang mau dilakukan. MB dimasa lalu gabungan PDIP Mega dan PPP, tapi itu masa lalu. Awalnya dari situ tapi sekarang sudah hilang dan harusnya hari ini sudah menyatu,” ungkap Gus Wal seraya menambahkan penolakan terhadap acara HUT MB tidak ada hubungannya dengan arah dukungan Ahmad Khozinuddin dalam pencapresan 2024, namun lebih pada adanya keterlibatannya didalam kelompok HTI. (santi)