Sriwijayamedia.com – Hubungan strategis antara Indonesia dan Prancis terus menunjukkan penguatan signifikan seiring meningkatnya dinamika geopolitik di kawasan Indo-Pasifik.
Prancis, sebagai satu-satunya negara Uni Eropa yang memiliki wilayah dan kepentingan langsung di Pasifik Selatan, dinilai menjadi mitra strategis penting bagi Indonesia dalam menjaga stabilitas kawasan serta memperkuat posisi diplomatik terhadap isu Papua.
Dalam analisis yang ditulis oleh Lalu Niqman Zahir, Pendiri dan Peneliti Senior NAISD sekaligus Alumni PPRA-58 Lemhannas, kemitraan Indonesia – Prancis memiliki nilai geopolitik dan geostrategis yang besar.
Bagi Indonesia, kerja sama ini bukan hanya soal pertahanan dan ekonomi, tetapi juga bagian dari strategi diplomatik menjaga keutuhan dan kedaulatan nasional, terutama di wilayah Papua.
“Prancis memiliki pengaruh diplomatik yang kuat di kawasan Pasifik, termasuk di negara-negara yang selama ini menyoroti isu Papua. Hubungan erat dengan Prancis dapat menjadi penyeimbang politik sekaligus memperkuat legitimasi pendekatan pembangunan dan otonomi khusus yang dilakukan Indonesia,” tulis Lalu Niqman, Jumat (17/10/2025)
Manfaat Strategis bagi Indonesia
Kemitraan dengan Prancis memberikan sejumlah keuntungan strategis bagi Indonesia. Pertama, memperkuat stabilitas dan keutuhan Papua melalui dukungan politik dan diplomatik di kawasan Pasifik.
Kedua, membuka peluang dukungan di forum global, mengingat Prancis merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
Selain itu, kerja sama pertahanan melalui pembelian jet tempur Rafale dan kapal selam Scorpène juga menjadi langkah penting dalam memperkuat kemandirian industri pertahanan nasional dan memperluas kerja sama maritim, terutama di kawasan timur Indonesia.
Tidak hanya sektor militer, Prancis juga berpotensi menjadi mitra dalam pembangunan inklusif di Papua melalui kerja sama energi bersih, pendidikan, dan kesehatan.
Kerja sama tersebut diharapkan mampu menampilkan Papua sebagai bagian integral dari Indonesia yang tengah dibangun secara berkeadilan dan berkelanjutan.
Kepentingan Prancis di Indo-Pasifik
Sementara bagi Prancis, kemitraan dengan Indonesia memperluas pengaruhnya di kawasan Indo-Pasifik.
Negara tersebut memiliki kepentingan strategis di wilayah Pasifik melalui koloni seperti Kaledonia Baru, Polinesia Prancis, dan Wallis & Futuna.
“Melalui kerja sama dengan Indonesia, Prancis tidak hanya memperkuat kehadiran ekonomi dan militernya di Asia Tenggara, tetapi juga menyeimbangkan pengaruh Amerika Serikat dan China di kawasan,” tulis Niqman.
Kerja sama ini juga memberikan peluang ekonomi bagi perusahaan besar Prancis seperti Dassault Aviation, Naval Group, EDF, dan Total Energies dalam mengembangkan proyek energi bersih, industri hijau, serta teknologi pertahanan di Asia Tenggara.
Papua sebagai Fokus Kerja Sama
Dalam konteks Papua, kemitraan Indonesia–Prancis dinilai memiliki dimensi strategis tersendiri. Prancis dapat menjadi mitra diplomatik dan pembangunan yang efektif untuk memperkuat posisi Indonesia di forum seperti Pacific Islands Forum (PIF) dan Melanesian Spearhead Group (MSG).
Sinergi dalam pengawasan laut, keamanan perbatasan, dan pengelolaan sumber daya maritim disebut dapat memperkuat stabilitas kawasan sekaligus menunjukkan peran aktif Indonesia dalam menjaga keamanan Indo-Pasifik.
Implikasi Kebijakan
Analisis Lalu Niqman menguraikan tujuh implikasi kebijakan dari kemitraan strategis Indonesia–Prancis, di antaranya: Integrasi Papua dan kawasan timur Indonesia dalam agenda pembangunan Indo-Pasifik; Peningkatan kerja sama pembangunan berbasis human security di Papua; Penguatan kerja sama keamanan maritim dan pertahanan kawasan; Diplomasi publik dan budaya untuk memperbaiki persepsi global tentang Papua; Koordinasi strategis melalui Prancis sebagai pintu masuk Uni Eropa; Peningkatan kapasitas diplomasi dan sumber daya manusia Indonesia di bidang geopolitik; Sinergi antara diplomasi keamanan dan diplomasi ekonomi melalui transfer teknologi dan investasi hijau.
Menakar Posisi Tawar Indonesia
Meski kerja sama ini dinilai menguntungkan kedua belah pihak, Lalu Niqman mengingatkan bahwa posisi tawar Prancis masih relatif lebih tinggi dibanding Indonesia.
“Pertanyaannya, apa yang sudah ditawarkan Indonesia untuk mewujudkan kemitraan strategis ini? Sebab di dunia internasional, tidak ada ‘makan siang gratis’, kecuali MBG,” jelasnya. (Adjie)









