Sriwijayamedia.com- Guna memitigasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kerap terjadi tiap tahun, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel menggandeng organisasi mahasiswa sebagai pelopor pencegahan karhutla.
Pelibatan para generasi muda sebagai pelopor pencegahan karhutla dinilai tepat di era digital. Sebab mereka diyakini lebih masif dalam menyampaikan informasi melalui media sosial (medsos).
Terlebih saat ini beberapa kabupaten/kota di Sumsel telah memasuki musim kemarau dan beberapa masih cuaca pancaroba.
“Ogan Ilir (OI) dipilih dalam kegiatan edukasi bencana karhutla, mengingat wilayah ini sebagian besar merupakan daerah lahan gambut yang sangat rentan terbakar jika memasuki musim kemarau,” kata Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Sumsel Ferri Yanuar, S.KM., M.Kes., di Gedung PKK Kabupaten OI, Rabu (25/06/2025).
Menurut dia, kegiatan edukasi itu melibatkan lebih dari 300 masyarakat dan mahasiswa dari berbagai kampus yang tergabung dalam organisasi Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sumsel.
Selain BPBD Sumsel dan Pemkab Ogan Ilir, kegiatan itu juga melibatkan Manggala Agni, dan TNI Polri.
Para mahasiswa mendapat ilmu tentang pencegahan pencegahan yang bisa dilakukan. Salah satunya sosialisasi ke masyarakat tentang bahaya membakar lahan.
“Sosialisasi pencegahan karhutla ini merupakan agenda rutin tiap tahun dilakukan. Edukasi yang kita berikan yakni faktor risiko kondisi iklim saat ini, faktor risiko perilaku masyarakat, termasuk upaya upaya yang bisa dilakukan masyarakat untuk mencegah karhutla,” terang Ferry.
Dia melanjutkan para generasi muda, terutama yang berada di daerah rawan bencana karhutla diharapkan dapat segera memberikan informasi disaat menemukan titik hotspot kepada Satgas Karhutla yang tentu akan dibentuk kedepannya.
Ferry menyebut berdasar kajian risiko yang dilakukan, termasuk mengacu kepada prediksi BMKG, potensi-potensi hotspot di Sumsel berada di 11 kabupaten. Sama seperti tahun sebelumya, antara lain Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin (Muba), OI, dan OKI.
“Harapannya kemarau tahun ini tidak terlalu kering. Tapi memang tahun ini akan lebih kering dari tahun sebelumnya karena tahun kemarin kemarau basah. Tahun ini musim kemarau diperkirakan akan berlangsung selama 150 hari,” jelas Ferry.
Sementara itu, perwakilan dari mahasiswa Tata Yulita selaku HOC Bidang OKP Pemuda dan Ormas Lembaga PB PMII Sumsel menyampaikan pihaknya bersama instansi terkait akan bekerja sama dalam mensosialisasikan pencegahan karhutla.
“Peran pemuda sangat dibutuhkan dan pemuda diyakini akan lebih efektif menyampaikan pesan ke masyarakat,” imbuhnya.
Dia mengaku sosialisasi semacam ini disebut akan efektif untuk meminimalisir potensi bencana karhutla, terutama dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat atas upaya yang bisa dilakukan sebagai pencegahan.
”Sesuai dengan deklarasi hari ini bahwa peran pemuda harus aktif agar kita bisa membantu pemerintah dalam upaya pencegahan karhutla,” paparnya.(cha)









