Momen Ramadan 1446 H Berkah Bagi Pembuat Kue Lebaran

Ibu Suparmi (67), tengah sibuk membuat kue lebaran/sriwijayamedia.com-santi

Sriwijayamedia.com- Usia senja bukanlah penghalang bagi seseorang untuk terus berkarya, bahkan turut menopang kebutuhan ekonomi keluarga.

Berawal dari sekedar hobby membuat aneka kue untuk keluarga menjelang lebaran, seorang nenek bernama Suparmi (67), dalam lima tahun terakhir menjadi pengrajin kue lebaran.

Dibantu ketiga putrinya dan para tetangga bisnis kue lebaran yang dirintisnya pun mulai menunjukan hasil.

Bahkan dalam dua kali lebaran terakhir, ia menerima pesanan hingga 100 kg cheese stick. Meski bisnis kue lebaran menjamur saat ini, namun kue lebaran rumahan memiliki pelanggan tersendiri.

“Awalnya hanya iseng-iseng membuat kue lebaran untuk keluarga, lalu tetangga pesan dan semakin lama semakin banyak pesanan yang masuk”, ungkap Suparmi, sembari menggiling adonan diruang dapurnya.

Putri sulung Suparmi, Mamiek (48) yang selalu membantunya menerangkan jika pemesanan mulai dibuka saat memasuki bulan ramadan dan ditutup seminggu sebelum lebaran.

Meski demikian hingga malam takbiran (H-2) pun pesanan masih berdatangan.

Sebagai solusinya Mamiek menggunakan tenaga tambahan dari tetangga terdekat yang kebetulan tengah menganggur.

Untuk pengiriman pesananpun menggunakan jasa ojek, yang juga tetangga.

“Sekarang lumayan ada tetangga yang bisa bantu, sebelumnya agak susah mencari tenaga bantuan, ” ujar Mamiek, di Jakarta (21/3/2025).

Cheese stick buatan Ibu Suparmi memiliki cita rasa yang khas. Dengan tambahan keju edame (keju apel) dibuatlah dua varian cheese stick yaitu premium dan original yang dijual dengan harga bersaing dan dikemas dalam bentuk hampers (parcel toples).

Pengembangan cara pemasaran ditempuh dengan melibatkan para relasi kerja atau kawan-kawannya serta sosmed/market place. Maka tak heran jika omsetnya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Sejumlah instansi seperti Pegadaian dan Sekolah Al Azhar yang merupakan konsumen terbesar dan rutin melakukan pemesanan.

Kisah perjuangan Suparmi, yang aslinya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa, kemudian berusaha mandiri setelah suaminya meninggal dunia beberapa tahun lalu. (santi)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *