OPINI : Falsafah Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah Minangkabau

Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas Abdul Jamil Al Rasyid/sriwijayamedia.com-ist

Oleh : Abdul Jamil Al Rasyid, Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas

Pengaruh Hindu Budha terhadap Masyarakat Minangkabau

Hari ini orang Minangkabau mengenal budaya Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah (ABS SBK). Artinya Islam adalah dasar utama budaya orang Minangkabau.

Namun ABS-SBK terus dalam dialektika, baik dari sisi hostoris maupun dari sisi realitasnya. Secara historis tidak ada dokumen yang otentik sejak bila ABS SBK ini dimulakan.

Pada satu sisi ada yang mengatakan sejak abad ke 16 namun pada sisi lain disebutkan sejak abad ke19, yaitu ketika ada pembaharuan Islam di Minangkabau.

Perdebatan itu sementara tidak perlu ditelusrusi namun hal menarik perhatian adalah ada beberapa fenomena berlakunya unsur- unsur Hindu-Budha dalam budaya Minangkabau sampai hari ini.

Ada pula beberapa fenomena peninggalan dari sisi budaya yang mungkin bisa dirujukkan kepada gama Hindu-Budha.

Dari segi asal usul orang Minangkabau menyebutkan bahwa mereka berasal dari Gunung Merapi, sebuah gunung yang tertinggi di pusat Minangkabau. Di kaki gunung ini terdapat sebuah kampung tua yang bernama “Pariangan”, yang bisa berasal dari “Parahiyangan”. Artinya kampung para dewa atau tempat Kahiyangan, dewa bersemayam.

Dalam agama Islam tidak mengenal dewa. Ini tentu berasal dari pengaruh Hindu/Budha. Kalau ini menjadi kampung asal tentu jauh dari masa Adityawarman, yang baru mulai abad ke-14.

Bisa jadi kampung ini dibangun pada masa abad ke-6 ketika para migrasi India ramai datang ke Wilayah Melayu dan pada abad ke-7 dan 8 bersaing dengan ekspansi Islam Sunnah di Pantai Timur.

Namun dalam MD Mansoer disebutkan bahwa pelarian orang Jawa penganut Hindu ke lereng Gunung Merapi dan Singgalang terjadi dalam abad abad ke14 ketika ada desakan dari Kesultanan Aru Barumun yang menganut agama Islam.

Pengaruh Hindu-Budha akan juga terlihat pada masa kerajaan Pagaruyung yang dibangun oleh Aditiyawarman. Hal ini bisa dilihat dari prasasti Pagauyung 1-8 da Prasasti Saruaso.

Pada Prasasti Pagauyung 1 (1356 M) disebutkan bahwa Adityawarman merupakan Raja kerajaan Suwarna Bhumi. Ia mempunyai pengetahuan yang dalam tentang Budha Mahayana aliran Tantrayana sekte Bairawa.

Hal yang lain adalah ia juga menyatakanmempunyai siat raja Indra, yang konon kabarnya salah satu dewa agama Hindu Bisa jadi pengaruh migrasi orang India sekitar abad ke 6, dan tumbuhhnya kerajaan-kerajaan di Sumatera yang beragama Budha.

Kemudian dengan ekspansi kerajaan dari Jawa yang beragama Hindu-Budha setelah abad pada abad ke-13 dan sesudahnya telah menyebarkan pengaruh dan budaya hindu di dalam masyarakat.

Pengaruh itu masih melekat sampai kini. Ada beberapa budaya di tengah masyarakat yang hidup sejak lama.

Balimau, adalah suatu budaya/tradisi yang dilakukan umat Islam sampai saat ini.

Budaya balimau adalah melakukan mandi suci sebelum memasuki bulan puasa ramadhan. Dalam tradisi Minagkabau mandi balimau menggunakan berjenis kembang dan wangi- wangian. Ini adalah untuk membersihkan badan. Biasanya mandi balimau dilakukan di sungai atau di pincuran. Paling tidak mandi balimau dengan menggunaan kembang jamak digunaan hingga periode 1970-an.

Kini mandi balimau masih dilakukan tetapi tanpa menggunakan kembang, namun banyak juga dijadikan sebagai sarana wisata sebelum ramadhan yaitu berkaul Berkaul dalam adat Minangkabau adalah memberikan sesajian kepada roh halus, yang dilakukan di sebuah tempat yang dianggap keramat, bisa di bukit atau di gua tertentu.

Berdasarkan data dari masyarakat dari nagari Pauh Sangit di utara kota Payakumbuh, sesajian itu berisi berbagai makanan yang enak-enak. Namun setelah Indonesia merdeka, orang semakin jarang mengantarkan sesajen ke tempat-tempat keramat.

Walaupun berbeda fenomena pengaruh Hindu-Budha juga tampak pada bentuk mesjid dan pendidikan surau. Dalam masyarakat Minangkabau surau adalah tempat ibadah sekaligus tempat belajar mengaji agama pengetahuan lain yang bersifat duniawi. Surau juga tempat menyiapkan diri seorang laki-laki untuk menjadi pemimpin.

Tokoh-tokoh pergerakan nasional Indoensia yang berasal dari Minangaabau, seperti Mohammat Hatta, Tan Malaka, M Natsir, Hamka, dan lain-lainya itu adalah orang pernah mengalamai pendidikan di surau. Mulai dari membaca Alquran sampai dengan belajar bela diri.

Sistem surau dianggap sebagai sistem yang berjasa dalam melahirkan tokoh nasional asal Minangkabau dalam pergerakan nasional Indonesia.

Karena itu ia dibanggakan, bahkan ada kerinduan untuk kembali membuat sistem surau model lama. Surau adalah lembaga untuk menyembah roh nenek moyang. Jadi biasanya surau dibangun pada tempat yang lebih Tinggi.

Menurut Azyumardi Islam kemudian melanjutkan dan mengadopsi lembaga ini yang sudah ada sejak pra Islam ini. Suaru kemudian menjadi pusat pendidikan Islam di pedesaan, ia menjadi bahagian dari keberadaan nagari.

Dalam satu nagari biasanya ada beberapa surau yang dibina oleh ulama atau buya. Dari sisi bangunan surau/mesjid di pedesaan Minangkabau. Tradisi lain yang juga mungkin mirip dengan tradisi hindu adalah budaya apska kematian; manigo hari (3 hari), menujuh hari (7 hari), maapek belas hari (14 hari), maampek puluh ampek hari (44 hari) dan manyaratuih hari (100 hari).

Ritual seperti ini biasanya dilakukan pada sebahagian masyarakat Minangkabau. Tetapi cara yang dilakukan masyarakat Minangkabau untuk ritual seperti ini sudah disesuaikan dengan ajaran-ajaran Islam, uampamanya dengan membaca surat Al Quran secara bersama-sama, berdoa dan bersilaturahmi dengan kerabat yang masih ada.

Acara ini biasanya ditutup dengan makan bersama yang makanannya disediakan oleh keluarga kematian.

Jika ditelusuri lebih jauh banyak aspek aspek budaya yang bisa dirujukkan dengan pengaruh Hindu-Budha di Minangkabau. Umpamanya tentang nama “Nagari”.

Nagari adalah sejenis republik kecil yang ada di Minangkabau, ia merupakan struktur pemerintahan terendah. Namun nagari juga suatu sistem warisan yang sejak lama. Kata “nagari, atau “nagori” sendiri bisa dirujuk ke dalam bahasa Sanskerta atau Pengaruh India.

Begitu juga dengan nagari Biaro, sebuah tempat di Minangkabau. Biaro bisa jadi dari vihara. Ada beberapa tempat biaro di Minangkabau.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *