Sriwijayamedia.com- Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) melangsungkan rapat pimpinan nasional (rapimnas) sekaligus seminar dengan tema “Makin berperan dan berkontribusi nyata dalam mewujudkan kesetaraan dan menjunjung martabat kemanusiaan di era pemerintahan baru”, dipusatkan di Aula Gedung Yoseph Universitas Katolik Musi Charitas Palembang, Sabtu (23/11/2024).
Kemenag RI Prof Dr Nasaruddin Umar, MA., melalui Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat Katolik Kemenag RI Drs Suparman, SE., M.Si., menegaskan pihaknya berencana akan memanfaatkan teknologi internet dalam memberikan pelayanan kepada umat.
“Kalaupun ada kesulitan melayani umat didaerah karena medan yang berat, maka kita akan mencoba dengan memanfaatkan teknologi berbasis internet,” terangnya.
Menurut dia, ISKA sebagai organisasi yang dihuni oleh para intelektual tentunya memikul tanggung jawab besar untuk memberikan dampak signifikan bagi pembangunan bangsa.
Sementara itu, Uskup Agung Palembang dan Kerawam KWI Mgr Yohanes Harun Yuwono menambabkan saat ini menggambarkan akhir zaman. Seperti zaman edan dengan sebutan Kolo Tigo Tolo Merdu.
Kolo Tigo merupakan zaman tinggal sehat diremehkan, perbedaan antara yang benar dan salah, adil dan tidak adil, baik dan buruk, tidak lagi diperhatikan.
“Penyalahgunaan kekuasaan merajalela karena terjadi erosi tata nilai di semua lapisan masyarakat. Sedangkan Tolo Merdu suasananya mirip. Dimana zaman ini adalah masa dimana penindasan terhadap yang lemah merajalela. Ketidakadilan justru didewakan, kemewahan dipertontonkan. Sementara jeritan orang miskin cenderung tertindas, tidak dihiraukan, penjahat dipandang sebagai pahlawan, dan orang jujur justru ditertawakan serta disingkirkan,” imbuhnya.
Ia melihat saat ini orang benar tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Disisi lain orang salah justru bahagia, dan orang baik disingkirkan.
Asisten III Bidang Administrasi dan Umum Setda Provinsi Sumsel Zulkarnain, SE., MM., melanjutkan ISKA merupakan organisasi kemasyarakatan atau wadah berhimpunnya para sarjana cendekiawan Katolik yang keberadaannya diakui oleh negara.
Sebagai organisasi cendekiawan Katolik yang telah berusia 66 Tahun, ISKA telah banyak memberikan warna khas bagi negara.
“Sebagai bagian dari anak bangsa, ISKA terus menerus berkomitmen dalam mendorong dan memberikan pemikiran-pemikiran serta tindakan-tindakan yang menunjukkan pentingnya arti Kebhinekaan,” paparnya.
Dia mengingatkan pentingnya Pancasila menjadi dasar berbangsa dan bernegara, serta menyatukan segala perbedaan yang ada di antara anak-anak bangsa secara keseluruhan, tetapi tetaplah bersatu dan bekerja sama.
“Apa wawasan kebangsaan itu yaitu, cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungan yang mengutamakan persatuan dan kesatuan. Tentu dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara, generasi muda harus paham wawasan kebangsaan sebagai kekuatan mempersatukan bangsa,” ulasnya.
Dia berharap generasi muda mampu melestarikan budaya yang telah menjadi karakter bangsa sebagai peran dan kontribusi dalam memberikan kesetaraan serta memberikan bermartabat kemanusiaan di era pemerintahan baru.(ton)