Sriwijayamedia.com- Dalam suatu kesempatan yang penuh harapan, bakal calon (Bacalon) Wakil Bupati (Wabup) Ogan Komering Ilir (OKI) Abdiyanto, SH., MH., mengungkapkan keinginan besarnya bersama bacalon Bupati OKI HM Dja’far Shodiq untuk melakukan perubahan mendasar, terutama di wilayah asalnya Pantai Timur.
Dalam pertemuan dengan warga tersebut, Abdiyanto secara tegas menyoroti lambannya pembangunan di kawasan Pantai Timur selama 20 tahun terakhir, di bawah era kepemimpinan bupati sebelumnya.
Menurut politisi PDIP OKI ini, dalam kurun waktu yang begitu panjang, pembangunan di kawasan yang terdiri dari Kecamatan Cengal, Sungai Menang, Air Sugihan, Tulung Selapan, hingga Kecamatan Pangkalan Lampam masih jauh dari kata memadai.
Lantas statment ini kemudian menyebar luas di media sosial (medsos) sehingga memicu diskusi hangat.
Juru Bicara (Jubir) Tim Pemenangan Dja’far Shodiq-Abdiyanto Fikri (JADI) Nurmuin menguatkan pernyataan Ketua DPRD OKI tersebut.
Ia menegaskan bahwa dalam 20 tahun, kawasan Pantai Timur seharusnya sudah menunjukkan kemajuan signifikan, bukan hanya sekadar pembangunan pasar dan beberapa ruas jalan.
“Secara kontekstual, Abdiyanto menilai pembangunan Pantai Timur masih jauh dari harapan, jika dibandingkan dengan 20 tahun masa kepemimpinan sebelumnya,” ujar Nurmuin, di Posko Media Centre JADI, Jalan Pahlawan, Kayuagung, Jum’at (13/9/2024).
Dalam pertemuan tersebut, Abdi bersama Dja’far Shodiq juga menyampaikan tekad kuat mereka untuk membawa perubahan nyata di Kabupaten OKI.
Mereka tidak ingin masyarakat Pantai Timur terjebak lagi dalam lingkaran setan pembangunan yang minim. Bertahun-tahun telah berlalu, tetapi kenyataannya, wilayah tersebut masih tertinggal.
Nurmuin mengungkapkan bahwa Abdi siap meninggalkan zona nyaman demi meraih kewenangan yang lebih luas untuk menerapkan kebijakan pro-rakyat.
Dengan keberanian yang luar biasa, ia siap menanggalkan jabatannya sebagai Wakil Ketua DPRD untuk periode mendatang, demi mewujudkan kemajuan yang lebih nyata bagi kawasan Pantai Timur.
Lebih dari sekadar kritik, pasangan JADI menunjukkan komitmen tinggi dalam menyelesaikan persoalan infrastruktur, khususnya jalan, di Pantai Timur.
Mereka berjanji akan memastikan tidak ada lagi jalan yang terputus di wilayah ini. Bahkan, Abdi berani meletakkan jabatannya di atas komitmen tersebut, dengan siap dievaluasi jika dalam dua tahun janji ini tidak terpenuhi.
“Ini bukan sekadar omong kosong. Bagi warga Pantai Timur, inilah kesempatan emas untuk meraih masa depan yang lebih baik,” tutur Nurmuin.
Nurmuin juga menyinggung pernyataan beberapa pihak atas kalimat “musuh kami” yang menyebutkan rivalnya adalah tindakan yang melanggar etika justru ditanggapi dingin olehnya.
Penggunaan kalimat tersebut mesti dilihat dimana pernyataan itu dilontarkan. Bagi warga Pantai Timur, khususnya Tulung Selapan, kalimat “musuh kami” merupakan dialektika kebudayaan daerah setempat, tanpa tersirat arti permusuhan yang sesungguhnya.
“Setiap daerah atau dusun tentu memiliki keberagaman berbahasa. Bagi masyarakat daerah lain, mungkin kasar, namun berlaku sebaliknya, kalimat itu biasa saja. Jangan lebay lah,” tuturnya
Hal ini dipertegas oleh Aroni, warga asli Tulung Selapan. Ia mengemukakan kalimat tersebut ungkapan keakraban, bahkan diucapkan sesama teman,
“Misalnya untuk mengungkapkan perasaan bersaing sesama teman, kalimatnya, Ai saro musuh ngan nih (Aduh susahnya melawan kamu). Maknanya bukanlah permusuhan sebenarnya,” jelasnya. (rel)