LSM Pemuda dan Mahasiswa Gelar Nobar Film ‘Yang (Tak Pernah) Hilang’

Sejumlah elemen LSM, mahasiswa dan pemuda menggelar kegiatan nobar film berjudul ‘Yang (Tak Pernah) Hilang’, di Kantor YLBHI, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8/2024)/sriwijayamedia.com-santi

Sriwijayamedia.com – Sejumlah elemen LSM, mahasiswa dan pemuda seperti Perempuan Mahardika, Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI), Sekolah Mahasiswa Progresif (SEMPRO), Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesis (IKOHI) dan Suara Muda Kelas Pekerja, menggelar kegiatan nonton bareng (nobar) film berjudul ‘Yang (Tak Pernah) Hilang’.

Film yang berdurasi sekitar 1 jam ini menceritakan mengenai perjuangan para aktivis HAM ketika memperjuangkan aspirasi-aspirasinya di tahun 1998.

Bacaan Lainnya

Kegiatan nobar dilaksanakan di Kantor YLBHI, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8/2024).

Menurut Elsa Aktivis KPBI, penyelenggaraan nobar film ‘Yang (Tak Pernah) Hilang’ ini dimaksudkan agar generasi muda Indonesia tidak melupakan perjuangan para aktivis pergerakan pada tahun 1998.

Selain itu pemutaran film ini untuk menjadi pegangan agar kaum muda berani mengemukakan pendapat atau aspirasinya.

“Acara ini penting untuk digelar, karena dengan acara ini mengajak generasi muda untuk berani bergerak dan bertindak,” kata Elsa.

Elsa menambahkan, nobar ini diharapkan bisa menjadikan generasi muda sebagai agen perubahan, mengingat saat ini kriminalisasi terhadap pejuang HAM masih kerap terjadi.

“Kita telah melihat bagaimana kriminalisasi terhadap perempuan pejuang rakyat itu masih sering terjadi. Sehingga dengan adanya acara nobar ini, tuntutan seperti ini dapat tersalurkan ke kawan-kawan generasi muda yang akan menjadi agen perubahan,” tegasnya.

Sementara itu Aktivis YLBHI Eno mengatakan, film ‘Yang (Tak Pernah) Hilang’ ini dapat menjadi alat kampanye penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu.

“Acara ini sekaligus dapat menjadi alat kampanye advokasi untuk mengapresiasi kejadian yang pernah terjadi dengan merefleksikan melalui film. Bahwa sampai saat ini negara enggan untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM yang pernah terjadi, ungkap Eno.(santi)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *