Plh Sekda Sumsel: Literasi Digital Berperan Memilah Informasi yang Tepat

Plh Sekda Sumsel Drs H Edward Candra, MH., membuka literasi digital sektor pemerintahan tahun 2024, di Grand Ballroom Harper Hotel Palembang resmi dibuka, Selasa (5/3/1024)/sriwijayamedia.com-ton

Sriwijayamedia.com- Kegiatan literasi digital sektor pemerintahan tahun 2024 gelaran Direktorat Jenderal (Ditjen) Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) RI, di Grand Ballroom Harper Hotel Palembang resmi dibuka, Selasa (5/3/1024).

Dalam kesempatan itu, Plh Sekda Sumsel Drs H Edward Candra, MH., mengatakan kegiatan literasi digital ini dalam rangka menjaga ruang digital sehat, kedewasaan politik pemilih cerdas di lingkungan pemerintahan, khususnya bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjalankan tugas dan fungsi pemerintahan.

Bacaan Lainnya

“Sebagai aparatur pemerintah tentunya kita harus arif dan bijak dalam menyikapinya. Berbicara media social, tidak lepas dari revolusi industry 4.0 yang ditandai dengan perkembangan yang demikian pesat di bidang teknologi informasi (IT),” ujar Plh Sekda.

Saat ini memasuki era masyarakat 5.0 atau Society 5.0. Jika revolusi industri menggunakan AI, dan kecerdasan buatan sebagai komponen utamanya. Sedangkan Society 5.0 menggunakan teknologi modern dan mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya.

Manusia sebagai pelaku utama, masih kata dia, tentunya aparatur pemerintahan harus memiliki literasi digital yang memadai.

Literasi digital memiliki makna bahwa ASN harus memiliki kemampuan dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lainnya.

“Kecakapan pengguna dalam literasi digital mencakup kemampuan untuk menemukan, mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan, membuat serta memanfaatkannya dengan bijak, cerdas, cermat serta tepat sesuai kegunaannya,” ungkapnya.

Dia menyebut manfaat literasi digital diantaranya kegiatan mencari dan memahami informasi dapat menambah wawasan individu, meningkatkan kemampuan individu untuk lebih kritis dalam berpikir serta memahami informasi, dan meningkatkan kemampuan verbal individu.

Dalam hal ini, literasi digital berperan untuk mencari, menemukan, memilah serta memahami informasi yang benar dan tepat.

“Konten negatif menjadi salah satu tantangan era literasi digital. Contohnya konten pornografi, isu suku, adat, ras, dan agama (SARA) dan lainnya. Kemampuan individu dalam mengakses internet, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, harus dibarengi dengan literasi digital. Sehingga individu bisa mengetahui, mana konten ya positif dan bermanfaat serta mana konten negatif,” paparnya.(ton)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *