Oleh :
Yustri Marianti, Kepala Seksi (Kasi) Kepatuhan Internal Kanwil DJPb Provinsi Sumsel, Kemenkeu RI Palembang
Jujur artinya (KUBI) lurus hati, tidak curang, dan kejujuran ialah kelurusan hati, ketulusan hati. Jujur berarti tidak berbohong, berkata benar.
Darimana sifat jujur ada dalam diri seseorang?. Sifat jujur mulai ditanamkan sejak seseorang berada dalam kandungan ibunya. Sang ibu berbuat baik selama mengandung bayinya. Kemudian mulai membentuk sifat dan perilaku sang anak ketika sang bayi lahir ke dunia ini.
Apakah dengan memberi nasihat pagi, siang dan malam setiap hari?. Jawabannya tentu saja tidak. Anak tidak mendengar apa yang dikatakan oleh orang tuanya, tetapi meniru apa yang dilihatnya, apa yang dilakukan orang tuanya itulah yang diikutinya. Karena itu penting sekali memberikan lingkungan yang baik untuk tumbuh kembang seorang anak.
Keluarga dan rumah adalah tempat awal seorang anak bertumbuh. Anak yang akan menjadi penerus bangsa. Sehingga pembangunan integritas mulailah dari keluarga.
Katanya, integritas itu kesesuaian antara perkataan dan perbuatan. Cukupkah itu saja? Tidak, harus selaras juga dengan pikiran dan perasaan seseorang.
Seseorang bisa menipu dengan perkataan dan perbuatannya, tetapi apa yang ada di pikiran dan perasaannya akan tercermin dalam gaya hidupnya, yang berasal dari bagaimana perilakunya sehari-hari bersama keluarganya, sekitar rumah dan tempat kerja atau lingkungan sekolah.
Gaya hidup seseorang adalah cerminan kebiasaan hidup sejak lahir. Siapa yang mengajarkan? Orang tuanya, ayah yang tegas dan ibu yang pengasih. Ayah Ibu bekerja, siapa yang menjadi pengasuh ketika kecil?. Karena itu walaupun ada baby sitter tetap perlu ada keluarga yang mendampingi pengasuhan anak.
Pengetahuan agama sendiri sudah di tanamkan sejak seseorang berada dalam kandungan ibunya. Mengikuti ibunya shalat, mendengar suara membaca Al Qur’an, merasakan suara-suara yang lembut dan mendapat asupan gizi yang halal. Begitu lahir, anak diazankan oleh ayahnya. Diasuh dan dididik sesuai norma agama dan masyarakat.
Itulah mengapa ada istilah residivis alias penjahat kambuhan. Setelah mendapat hukuman, kemudian mengulangi kembali tindak pidananya. Seorang pegawai yang melakukan korupsi, kemudian diberi hukuman dan dipindah ke tempat lain yang tidak bisa untuk korupsi, tetapi begitu dipindah kembali ke tempat yang strategis kemudian terjadi lagi perilaku korupsi.
Dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, pembangunan integritas adalah salah satu hal yang sangat penting. Hal ini mengingat bahwa karakter integritas sangat bertentangan dengan karakter korupsi.
Integritas merupakan suatu karakter baik manusia atau budaya organisasi yang menimbulkan daya dorong bagi pemiliknya untuk mewujudkan keputusan dan tindakan bagi kebaikan bersama. Sedangkan korupsi merupakan tindak penyalahgunaan kekuasaan dengan memanipulasi kebaikan bersama demi kepentingan pribadi tertentu.
Karakter dan budaya integritas secara langsung bertentangan dengan korupsi. Pengembangan karakter dan budaya integritas mengandung keniscayaan logis menangkal korupsi.
Karakteristik pemimpin berintegritas ada 4, yaitu:
1. Ketulusan: Perilaku tanpa kepura-puraan atau kesan yang palsu. Pemimpin berintegritas bersikap tulus dan tindakan mereka sesuai dengan perkatannya.
2. Konsistensi: Pemimpin semestinya mempraktikkan apa yang mereka ajarkan dan menetapkan standar dengan adil. Kesemuanya ini dibutuhkan untuk terwujudnya disiplin, moral dan pencapaian misi.
3. Keteguhan hati: Untuk menjadi seorang pemimpin, kita harus memiliki lebih dari sekadar citra diri (image) yang berintegritas, kita harus memiliki keteguhan hati.
4. Bertahan sampai akhir: Pemimpin menunjukkan integritasnya dengan melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin, terlepas dari seberapa penting tugas itu atau siapa yang akan mendapat pujian.
Seseorang dikatakan mempunyai integritas apabila tindakannya sesuai dengan nilai-nilai, keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya. Seorang pemimpin harus dapat bertindak secara konsisten antara kata dan perbuatan.
Integritas menjadi karakter kunci bagi seorang pemimpin dan seorang pemimpin yang mempunyai integritas akan mendapatkan kepercayaan dari jajarannya.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh kepemimpinan adalah memimpin dengan integritas. Orang-orang sungguh ingin melihat para pemimpin mereka menjadi sumber dari nilai-nilai yang dapat dipercaya dan juga berintegritas.
Mereka melihat kepada para pemimpin untuk menjadi jaminan dan keyakinan, untuk kejelasan, visi dan tujuan, khususnya pada masa-masa yang penuh dengan ketidakpastian.
“Milikilah keberanian untuk mengatakan ‘tidak’. Milikilah keberanian untuk menghadapi kebenaran. Lakukanlah hal yang benar karena hal itu memang benar’ -W.Clement Stone.
Menyambuat Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) 9 Desember 2023.(ocha)