Hingga 2021, Edward Sebut Warga Sumsel Idap Penyakit Jantung Sebanyak 11.213 Orang

Olahraga sepeda santai mewarnai HUT ke 42 YJI Tahun 2023, di Pendopoan Caram Seguguk Indralaya, Kabupaten OI, Indralaya Provinsi Sumsel, Sabtu (2/12/2023)/sriwijayamedia.com-ton

Sriwijayamedia.com- Olahraga sepeda santai mewarnai Hari Ulang Tahun (HUT) ke 42 Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Tahun 2023, di Pendopoan Caram Seguguk Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Indralaya Provinsi Sumsel, Sabtu (2/12/2023).

Asisten I Setda Provinsi Sumsel Drs H Edward Candra, MH., mengatakan Peringatan HUT ke 42 YJI mengusung tema “Use Heart Know Heart”.

Bacaan Lainnya

“Menurut World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah. Data WHO tahun 2015 menunjukkan bahwa 70 persen kematian di dunia disebabkan oleh penyakit tidak menular yaitu mencapai 39,5 juta dari 56,4 juta kematian. Dari total 39,5 juta kematian karena penyakit tidak menular, maka sebanyak 17,7 juta kematian atau sekitar 45 persen disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah,” ujar Edward.

Dengan kondisi itu, penyebab kematian tertinggi nomor satu dalam penyakit tidak menular adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk juga di Indonesia. Di Indonesia, kematian akibat penyakit kardiovaskular capai 651.481 penduduk per tahun.

Terdiri dari stroke sebanyak 331.349 kematian, penyakit jantung koroner 245.343 kematian, penyakit jantung hipertensi sebanyak 50.620 kematian dan penyakit kardiovaskular lainnya.

“Data kesehatan Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung berdasar diagnosis dokter di Sumsel capai 1,2 persen,” ungkapnya.

Jika dibandingkan dengan prevalensi penyakit jantung nasional capai 1,5 persen, maka angka prevalensi Sumsel masih di bawah rata-rata nasional.

Berdasar data bidang pelayanan kesehatan Dinkes Sumsel, pada tahun 2021 didapatkan data kesakitan akibat penyakit jantung sebanyak 11.213 orang atau sebesar 11 persen dari seluruh laporan kejadian penyakit.

“Jika kita berbicara tentang penyakit jantung atau penyakit tidak menular secara keseluruhan, maka faktor risiko utama untuk kejadian penyakit ini adalah berhubungan dengan perilaku seseorang,” terangnya.

Pola hidup yang tidak sehat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit tidak menular termasuk penyakit jantung. Kebiasaan merokok, konsumsi makanan yang tidak sehat, kurang olahraga, tidak bisa mengelola stres adalah sebagian besar faktor risiko yang memicu terjadinya penyakit jantung.

Oleh sebab itu, perubahan perilaku masyarakat menuju Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menjadi kunci utama untuk menurunkan angka kejadian penyakit jantung dan penyakit tidak menular lainnya.

“Tujuan utama yang ingin dicapai pemerintah adalah menurunnya angka kejadian penyakit jantung sebagai dampak dari meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat,” akunya.

Dia menyebut, upaya utama yang dilakukan adalah melalui promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan upaya preventif melalui skrining atau pemeriksaan kesehatan dan faktor resiko secara teratur.

Bagi penderita penyakit jantung, pemerintah fokus untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan serta kesadaran pasien untuk melakukan pemeriksaan secara rutin sehingga dapat mencegah kondisi yang lebih berat.(ton)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *