Sriwijayamedia.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel mengklaim telah mensosialisasikan dampak buruk dari kabut asap dan kekeringan akibat musim kemarau terhadap kesehatan masyarakat. Terutama gangguan pada sistem pernapasan, sistem pencernaan dan konjungtivitis yang mengakibatkan mata merah.
“Kami juga mendorong peningkatan kewaspadaan terhadap bencana. Bila terjadi peningkatan kasus ISPA, pneumonia, konjungtivitis, diare dan lain-lain untuk dilakukan surveilans kesehatan dan melakukan langkah-langkah pengendalian dengan cermat,” kata Kepala Dinkes Provinsi Sumsel dr H Trisnawarman, M.Kes., Sp.KKLP., Senin (2/10/2023).
Kepada kabupaten/kota yang ada di Sumsel diharapkan untuk melaporkan kasus ISPA, pneumonia secara rutin sebagai bahan evaluasi.
“Kami juga sudah membagikan masker sebanyak 1,3 juta masker sejak Agustus 2023 akibat karhutla hingga sekarang,” imbuhnya.
Disisi lain, Kepala Bidang (Kabid) SMK Disdik Sumsel Mondyaboni, SE., S.Kom., M.Si., menambahkan pihaknya telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) No 420/201/SMK.2/Disdik.SS/2023 tentang penanganan dampak polusi udara pada SMK negeri dan swasta se Sumsel agar sekolah mengurangi jam belajar mengajar saat kondisi udara tidak sehat.
“Ini menyusul semakin pekatnya kabut asap karena karhutlah yang terjadi di sejumlah titik di Sumsel, sekaligus mengantisipasi dampak negatif dampak kabut asap,” jelasnya.
Dia mengimbau kepada orang tua wali untuk memonitor kondisi kesehatan anak-anaknya serta menghindari keluar rumah.
“Kami juga berkoordinasi dengan BPBD, terkait penanganan polusi udara dan berkoordinasi dengan puskesmas, rumah sakit untuk melakukan screening deteksi kesehatan warga sekolah yang mengalami gejala gangguan pernapasan,” ulasnya.(ton)