Sriwijayamedia.com – Komoditi cabai dan bawang menjadi ‘Hantu’ Inflasi, mengingat kedua komoditi diatas seketika kekurangan stok dan memicu inflasi.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Tim Implementasi KEKDA Bank Indonesia (BI) Kantor Wilayah (Kanwil) Provinsi Sumsel Indra, saat Bincang Bareng Media di Lantai II Kanwil BI Perwakilan Provinsi Sumsel, Rabu (12/7/2023).
Kepala Tim Implementasi KEKDA BI Kanwil Sumsel Indra mengatakan kebutuhan bawang merah dan cabai di Sumsel capai 7-8 ton per hari. Hal tersebut karena konsumsi dan permintaan kedua komoditi itu relatif tinggi, khususnya digunakan untuk memasak makanan khas Palembang.
“Untuk luas tanam bawang terbatas, sekitar 200 hektar. Sedangkan kebutuhan capai 3.000 hektar,” akunya.
Untuk itu, Sumsel membutuhkan support dan suplai dari daerah lain, baik dari Pulau Jawa maupun provinsi tetangga Sumsel.
Dia melanjutkan jika kedua komoditi itu tidak dipenuhi, maka akan memicu kenaikan harga.
“Selain bekerja sama dengan daerah lain, kami juga terus berupaya meningkatkan luasan tanam berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Hortikultura hingga melakukan kapasitif building terhadap petani,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Kanwil BI Perwakilan Provinsi Sumsel Erwin Soeriadimadja menambahkan pihaknya terus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta menekan laju inflasi ditengah tantangan saat ini.
Untuk pertumbuhan ekonomi dari sisi eksternal memang salah satu dipengaruhi ekspor batu bara ke berbagai negara. Mulai dari Tiongkok, Thailand dan lainnya.
“Bahkan di awal 2023 pertumbuhan ekonomi di Sumsel berada di tingkatan 5 persen. Hal ini membuktikan bahwa geliat ekonomi di Sumsel makin membaik. Target kita kedepan di tahun 2023 ini, pertumbuhan ekonomi di Sumsel tetap bertahan di 5,11 persen,” imbuhnya.
Tren pertumbuhan ekonomi di Sumsel ini menunjukkan bahwa Sumsel semakin membaik karena tetap bertahan di atas nasional.
Sejumlah faktor memengaruhi seperti survei konsumen yang saat ini telah memberikan signal positif terhadap kondisi usaha, penghasilan dan lapangan kerja bulan kedepan.
Kemudian dari disisi dunia usaha, triwulan kedua terus meningkat. Ketiga adalah persepsi positif yang kini terus tumbuh optimistis.
Namun demikian, Sumsel harus tetap waspada, terutama pada pengaruh harga daging ayam beras, telor ayam, maupun angkutan udara. Karena beberapa hal tersebut cenderung menjadi faktor pendorong laju inflasi.
“Kami bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus melakukan berbagai upaya untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi dan menekan laju inflasi,” jelasnya.(ton)