Klaim Sukses Turunkan Prevelensi Stunting, OKI Optimistis Capai Target Nasional

Usai rakor rembuk stunting, Wabup OKI HM Djafar Shodiq berfoto bersama, Selasa (9/5/2023)/sriwijayamedia.com-jay

Sriwijayamedia.com – Berkat komitmen dan beragam upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ogan Komering Ilir (OKI) melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten OKI mengklaim berhasil melakukan akselerasi penurunan prevelansi hingga 17,1 petsen.

Capaian ini harus terus digenjot hingga tercapai target penurunan stunting nasional 2024 mendatang.

Bacaan Lainnya

Wakil Bupati (Wabup) OKI HM Djafar Shodiq menyampaikan berdasarkan Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 bahwa OKI telah berhasil menurunkan prevalensi stunting yakni dari 32,2 persen menurun jadi 15,1 persen pada 2022.

Artinya, telah terjadi penurunan signifikan sebesar 17,1 persen dan harapnya akan terus menurun prevelansi, bahkan bisa mengeleminasi stunting di OKI.

“Terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua penggerak atas upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten OKI yang telah melakukan berbagai upaya dan inovasi program demi mendukung visi dan misi Kabupaten OKI,” aku Shodiq, Selasa (9/5/2023). 

Shodiq berharap, semua pihak bisa dapat terus memperkuat sinergitas sehingga kabupaten bisa konsisten untuk menurunkan prevelensi stunting hingga mampu mencapai target nasional prevalensi angka 14 persen di tahun 2024 mendatang

Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) OKI M Lubis menambahkan stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi sehingga penanganannya perlu dilakukan oleh multi sektor.

“Beberapa penyebab stunting bisa bersumber dari praktek pengasuhan yang tidak baik; terbatasnya layanan kesehatan; kurangnya akses ke makanan bergizi; dan kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi,” rinci Lubis. 

Menurut Lubis, ada dua intervensi percepatan penurunan stunting di OKI yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif.

“Intervensi spesifik adalah intervensi yang menyasar penyebab langsung terjadinya stunting, semuanya ada di sektor kesehatan. Sedangkan, intervensi sensitif menyasar penyebab tidak langsung terjadinya stunting sebagian besar di luar sektor kesehatan”, imbuhnya.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel Mediheryanto, SH., MH., dalam rapat koordinasi (rakor) rembuk stunting di Kabupaten OKI mengatakan berdasarkan Perpres 72/2021 tentang percepatan penurunan stunting terdapat 5 pilar utama percepatan penurunan stunting yaitu peningkatkan komitmen; peningkatakan komunikasi perubahan prilaku dan pemberdayaan masyarakat; peningkatan kovergensi intervensi spesifik dan sensitif; peningkatan ketahanan pangan & gizi; serta penguatan dan pengembangan sistem data, informasi, riset, dan inovasi.

Kabupaten OKI dengan jumlah tim pendamping keluarga (TPK) terbesar kedua Sumsel diharapkan mampu terus mengakselerasi penurunan stunting hingga mampu mencapai target nasional.

“TPK akan melakukan penyuluhan fasilitasi; pelayanan rujukan; dan fasilitasi penerimaan program bantuan sosial. Dengan tugas ini TPK diharapkan mampu mendeteksi dini faktor resiko stunting (spesifik dan sensitif),” jelasnya.(jay)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *